REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman menemukan jejak bahan peledak bawah laut dari sampel yang diambil dari kapal yacht yang diduga "digunakan untuk memindahkan bahan peledak" yang meledakan gas pipa Nord Stream. Hal ini Jerman disampaikan dalam surat bersama dengan Swedia dan Denmark ke Dewan Keamanan PBB.
Bulan September lalu pipa Nord Stream 1 dan 2 yang menyalurkan gas dari Rusia ke Jerman meledak di zona ekonomi eksklusif Jerman, Swedia dan Denmark di Laut Baltik.
Tiga negara tersebut menggelar penyelidikan terpisah dan mengirimkan suratnya sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (11/7/2023). Rusia meminta pertemuan itu setelah mengeluh tidak diberi informasi mengenai perkembangan penyelidikan tersebut.
"Belum ada penyelidikan yang sudah selesai dan pada titik ini, masih belum mungkin mengatakan kapan akan selesai. Tindakan sabotase belum pernah terjadi sebelumnya, dan penyelidikan berlangsung rumit," kata Jerman, Swedia, dan Denmark dalam surat yang bertanggal Senin (10/7/2023).
Surat bersama itu mengatakan Jerman menyelidiki "penyewa kapal yacht yang mencurigakan" yang menyewa dengan "menyembunyikan identitas aslinya." Jerman masih menyelidiki jalur kapal itu sebenarnya.
"Diduga kapal itu digunakan untuk membawa bahan peledak yang meledakkan pipa gas Nord Stream 1 dan 2, penyelidikan menemukan jejak peledak bawah laut ditemukan di sampel yang diambil dari kapal itu," kata surat tersebut.
"Berdasarkan asesmen pakar, kemungkinan penyelam terlatih memasang bahan peledak di titik kerusakan yang terjadi di pipa gas Nord Stream 1 dan 2 yang terletak di dasar laut yang kedalamannya diperkirakan 70 sampai 80 meter."
Moskow menuduh Barat sebagai dalang ledakan tersebut. Pemerintah negara-negara Barat dan Ukraina yang sedang menghadapi invasi Rusia membantah terlibat dalam ledakan itu. Pada bulan Maret lalu Rusia gagal meminta Dewan Keamanan PBB menggelar penyelidikan independen atas ledakan di Nord Stream.
"Pada titik ini tidak mungkin menentukan identitas pelaku dan motif mereka, terutama mengenai pertanyaan apakah insiden itu diarahkan oleh negara atau aktor negara," kata surat bersama Jerman, Swedia dan Denmark.