REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Perdana Menteri Australia Anthony Albanese membela kesepakatan pembelian kapal selam bertenaga nuklir lewat mekanisme kerja sama aliansi AUKUS. Kesepakatan tersebut telah dikritik dua mantan perdana menteri Negeri Kanguru, yakni Malcolm Turnbull dan Paul Keating.
Albanese mengungkapkan, kesepakatan kapal selam bertenaga nuklir AUKUS diperlukan mengingat peningkatan kekuatan militer Cina di kawasan. “Cina telah mengubah postur dan posisinya dalam urusan dunia sejak 1990-an, itulah kebenarannya,” ujarnya, Kamis (16/3/2023).
Pada Kamis, Malcolm Turnbull mengatakan, proyek AUKUS akan memakan waktu lebih lama dan lebih mahal daripada rencana pembelian kapal selam konvensional Prancis. Sesaat setelah pembentukan AUKUS diumumkan pada September 2021, Canberra diketahui membatalkan pembelian kapal selam konvensional dari Prancis senilai sekitar 66 miliar dolar AS. Hal itu tak pelak memicu kemarahan Paris. Prancis bahkan sempat menarik duta besarnya dari Canberra.
“Kita telah terjebak dalam kehebohan ini, di mana siapa pun yang mengungkapkan kekhawatiran tentang hal itu (kesepakatan AUKUS) dituduh atau tersirat mereka kurang patriotisme,” ujar Turnbull.
Sama seperti Turnbull, mantan perdana menteri Australia periode 1991-1996, Paul Keating turut mengkritisi kesepakatan pembelian kapal selam AUKUS. Dia menilai, hal itu dapat memiliki konsekuensi yang mematikan. “Sejarah akan menjadi hakim dari proyek ini pada akhirnya. Namun saya ingin nama saya tercatat dengan jelas di antara mereka yang mengatakan bahwa ini adalah kesalahan besar,” kata Keating dalam sebuah pernyataan, Rabu (15/3/2023).
Keating menilai, Australia secara buta mengikuti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, termasuk soal anggapan bahwa Cina menimbulkan ancaman militer yang nyata. “Apa gunanya Cina ingin menduduki Sydney dan Melbourne? Secara militer? Dan bisakah mereka melakukanya? Pertanyaannya sangat bodoh, hampir tidak layak untuk dijawab,” ujar Keating.
Dia mengungkapkan, Australia memulai perjalanan yang berbahaya dan tidak perlu atas desakan AS. Menurutnya, hal itu dapat membawa konsekuensi mematikan jika Australia terjerat konflik di masa depan. “Menandatangani negara dengan kecenderungan asing dari negara lain, AS, dengan orang Inggris yang bodoh di belakang bukanlah pemandangan yang indah,” kata Keating.
Para pemimpin negara anggota AUKUS, yakni Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan di San Diego, California, Senin (13/3/2023). Pada kesempatan itu, Albanese mengumumkan bahwa negaranya akan membeli kapal selam nuklir buatan AS. “(Ini) merupakan investasi tunggal terbesar dalam kapabilitas pertahanan Australia dalam sejarah kami,” ujar Albanese.
Menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Australia akan membeli tiga kapal selam bertenaga nuklir dalam periode hingga 2030. Jika dibutuhkan, jumlahnya bakal bertambah menjadi lima kapal. Australia bakal menjadi negara kedua setelah Inggris yang memperoleh akses langsung ke rahasia nuklir Angkatan Laut AS.
Selain perihal pembelian, Albanese mengungkapkan bahwa Australia, Inggris, dan AS juga sepakat membangun kapal bertenaga nuklir model baru dengan teknologi dari AS dan Inggris. Dengan bantuan AS dan Inggris, Australia juga akan memulai rencana 30 tahun untuk membangun armada kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri.