REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW – Rusia dan Cina berkoordinasi memantau sepak terjang Barat di kawasan Asia Pasifik. Termasuk aliansi keamanan AUKUS yang beranggotakan AS, Inggris, dan Australia.
“Rusia dan Cina mengoordinasikan posisi di arena internasional. Kami menganalisi dengan cermat tindakan Barat di kawasan Asia-Pasifik,’’ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam pengarahan pers, Kamis (16/3/2023), dikutip laman kantor Rusia, TASS.
Zakharova menekankan, AUKUS mesti patuh dan berkomitmen pada kebijakan nonproliferasi senjata pemusnah massal serta sarana pengirimannya. Dia menyinggung proyek kemitraan AUKUS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.
Menurutnya, semua orang memahami konsekuensi yang mungkin terjadi. “Namun pertanyaan yang kami dan Cina ajukan belum terjawab,” ujarnya.
Zakharova menegaskan, Australia akan menerima bahan nuklir dan fasilitas terkait, yang harus berada di bawah jaminan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Hal itu mengingat status Australia sebagai negara non-nuklir.
"Saya dapat mengonfirmasi sekali lagi, ada ketidakjelasan tentang bagaimana jaminan ini akan dilaksanakan dan apakah inspektur IAEA akan memiliki akses penuh ke segala sesuatu yang terkait proyek kapal ini," kata Zakharova.
Sebelumnya Cina mengatakan, kerja sama pembangunan kapal selam bertenaga nuklir oleh AUKUS tak boleh dilanjutkan sebelum ada konsensus dari anggota IAEA. Sebab, ada pemindahan sejumlah besar uranium dari negara senjata nuklir ke negara non-senjata nuklir.
“Kerja sama kapal selam nuklir antara AS, Inggris, dan Australia melibatkan transfer sejumlah besar uranium. Ini menimbulkan risiko proliferasi nuklir yang serius,’’ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin, Selasa (14/3/2023).