Kamis 30 Mar 2023 15:11 WIB

Presiden Taiwan tak Pedulikan Ancaman Cina

Tekanan Cina tidak akan menghentikan Taiwan untuk berhubungan dengan negara lain

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan pada Rabu (29/3/2023), bahwa tekanan eksternal tidak akan menghentikan Taiwan untuk berhubungan dengan negara-negara dunia.
Foto: Taiwan Presidential Office via AP
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan pada Rabu (29/3/2023), bahwa tekanan eksternal tidak akan menghentikan Taiwan untuk berhubungan dengan negara-negara dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, TAOYUAN -- Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan pada Rabu (29/3/2023), bahwa tekanan eksternal tidak akan menghentikan Taiwan untuk berhubungan dengan negara-negara dunia. Hal itu terkait rencananya yang akan berangkat ke Amerika Serikat (AS), dengan nada menantang setelah Cina mengancam akan membalas jika dia bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy.

Cina, yang mengklaim Taiwan yang masih dalam wilayahnya telah berulang kali memperingatkan para pejabat AS untuk tidak bertemu dengan Tsai. Cina melihat, upaya Tsai yang akan berkunjung ke beberapa negara termasuk AS merupakan keinginan Taiwan untuk terpisah dari Cina.

Cina menggelar latihan perang di sekitar Taiwan Agustus lalu ketika Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi mengunjungi Taipei. Angkatan bersenjata Taiwan mengatakan mereka mengawasi setiap gerakan Cina ketika Tsai berada di luar negeri.

Presiden Tsai berencana akan pergi ke Guatemala dan Belize, dengan transit melalui New York terlebih dahulu dan Los Angeles dalam perjalanan pulang. Meskipun tidak dikonfirmasi secara resmi, dia diperkirakan akan bertemu dengan McCarthy saat berada di California.

"Tekanan eksternal tidak akan menghalangi tekad kami untuk pergi ke negara dunia," katanya di bandara internasional utama Taiwan di Taoyuan, dalam referensi terselubung ke Cina.

"Kami tenang dan percaya diri, tidak akan menyerah atau memprovokasi. Taiwan akan dengan tegas berjalan di jalan kebebasan dan demokrasi dan menuju negara dunia. Meskipun jalan ini sulit, Taiwan tidak sendiri," tambah Tsai, yang akan tiba di New York awal Rabu (29/3/2023) sore.

Berbicara di Beijing tak lama sebelum Tsai pergi, Zhu Fenglian, juru bicara Kantor Urusan Taiwan Cina, mengatakan "transit" Tsai ke Amerika Serikat bukan hanya menunggunya di bandara atau hotel, tetapi juga untuk bertemu dengan pejabat dan anggota parlemen AS.

"Jika dia melakukan kontak dengan Ketua DPR AS McCarthy, itu akan menjadi provokasi lain yang secara serius melanggar prinsip satu-Cina, merusak kedaulatan dan integritas teritorial Cina, serta menghancurkan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," katanya.

"Kami dengan tegas menentang ini dan pasti akan mengambil langkah-langkah untuk melawan balik," tambah Zhu, tanpa memberikan perincian.

Persinggahan Tsai akan terjadi pada saat hubungan AS dengan Cina berada pada titik terburuk sejak Washington menormalisasi hubungan dengan Beijing pada 1979 dan mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei.

Taiwan adalah masalah teritorial Cina yang paling sensitif dan rebutan utama dengan Washington, yang, seperti kebanyakan negara, hanya mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taipei. Namun, pemerintah Amerika Serikat diharuskan oleh undang-undang AS untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.

Amerika Serikat mengatakan transit Presiden Taiwan seharusnya tidak menjadikannya alasan untuk melakukan tindakan agresif terhadap Taiwan.

Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa dalam transit sebelumnya Tsai telah terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk pertemuan dengan anggota Kongres, diaspora Taiwan, dan kelompok lainnya.

"Jadi sama sekali tidak ada alasan bagi Beijing untuk menggunakan transit yang akan datang ini sebagai alasan atau dalih untuk melakukan kegiatan agresif atau pemaksaan yang ditujukan ke Taiwan," kata pejabat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement