Selasa 18 Apr 2023 12:48 WIB

Mesir Jalin Komunikasi dengan Kelompok yang Bentrok di Sudan

Kairo adalah pendukung terpenting angkatan bersenjata Sudan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Mesir Jenderal Abdel Fatah al-Sisi mengatakan, telah  melakukan kontak rutin dengan tentara Sudan dan Rapid Support Forces (RSF). Pembicaraan ini sebagai upaya mendorong kedua pihak yang bertikai menerima gencatan senjata.
Foto: Reuters
Presiden Mesir Jenderal Abdel Fatah al-Sisi mengatakan, telah melakukan kontak rutin dengan tentara Sudan dan Rapid Support Forces (RSF). Pembicaraan ini sebagai upaya mendorong kedua pihak yang bertikai menerima gencatan senjata.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan, telah melakukan kontak rutin dengan tentara Sudan dan Rapid Support Forces (RSF). Pembicaraan ini sebagai upaya mendorong kedua pihak yang bertikai menerima gencatan senjata.

Sisi mengatakan, dalam pidato yang disiarkan oleh televisi pemerintah Mesir pada Senin (17/4/2023) malam, pembicaraan dengan RSF untuk memastikan keamanan pasukan Mesir yang telah berada di Sudan untuk latihan militer bersama. Latihan ini  diadakan di kota Merowe, Sudan utara.

Baca Juga

Dua sumber keamanan Mesir menyatakan, negaranya dan Uni Emirat Arab (UEA) sedang mengerjakan proposal gencatan senjata untuk Sudan. Kairo adalah pendukung terpenting angkatan bersenjata Sudan, sementara pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo menjalin hubungan dengan kekuatan asing termasuk UEA dan Rusia.

Pertempuran yang pecah selama akhir pekan menyusul meningkatnya ketegangan atas integrasi RSF ke dalam militer. Perselisihan tentang jadwal proses itu menunda kesepakatan kerangka kerja untuk transisi sipil yang akan ditandatangani awal bulan ini.

Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Sudan Volker Perthes mengatakan, kedua belah pihak tidak menunjukkan tanda-tanda bersedia untuk bernegosiasi. "Kedua pihak yang bertikai tidak memberikan kesan bahwa mereka menginginkan mediasi untuk perdamaian di antara mereka segera," kata Perthes melalui tautan video dari Khartoum.

Perthes mengatakan, kedua pihak sebelumnya telah menyetujui gencatan senjata kemanusiaan selama tiga jam. Namun, Menurut siaran Aljazirah dan Al Arabiya, untuk hari kedua berturut-turut pertempuran terus berlanjut meski dijanjikan akan tenang.

Pertempuran di Khartoum dan kota kembar Omdurman dan Bahri yang bersebelahan pada 15 April adalah yang terburuk dalam beberapa dasawarsa. Konflik ini berisiko memisahkan Sudan antara dua faksi militer yang telah berbagi kekuasaan selama transisi politik yang sulit.

Kekerasan yang berkelanjutan dapat menggoyahkan wilayah yang bergejolak dan memperebutkan pengaruh antara Rusia dan AS di Sudan. Uni Eropa mengatakan, utusannya untuk Sudan diserang di kediamannya pada Senin, tetapi tidak memberikan perincian apa pun. Gedung Putih mengatakan, belum ada rencana untuk evakuasi pemerintah AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement