Rabu 19 Apr 2023 16:02 WIB

Jepang Bersiap Evakuasi Warganya dari Sudan

Terdapat sekitar 60 warga negara Jepang di Sudan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di Khartoum, Sudan, Selasa, 18 April 2023. Ibu kota Sudan yang diperangi telah terbangun pada hari keempat pertempuran sengit antara tentara dan kekuatan saingan yang kuat untuk menguasai negara. Serangan udara dan penembakan diintensifkan pada hari Senin di beberapa bagian Khartoum dan kota tetangga Omdurman.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di Khartoum, Sudan, Selasa, 18 April 2023. Ibu kota Sudan yang diperangi telah terbangun pada hari keempat pertempuran sengit antara tentara dan kekuatan saingan yang kuat untuk menguasai negara. Serangan udara dan penembakan diintensifkan pada hari Senin di beberapa bagian Khartoum dan kota tetangga Omdurman.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Pertahanan Jepang telah memulai persiapan untuk mengevakuasi warganya dari Sudan di tengah pertempuran mematikan. Kepala Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno, mengatakan, menteri luar negeri Jepang meminta menteri pertahanan untuk menggunakan pesawat Pasukan Bela Diri untuk evakuasi.

“Pemerintah akan terus melakukan yang terbaik untuk memastikan keamanan warga Jepang di Jepang, termasuk keselamatan dan evakuasi warga negara Jepang (di Sudan) yang bekerjasama erat dengan G7 dan negara-negara besar lainnya,” kata Matsuno.  

Baca Juga

Matsuno mengatakan, hingga Rabu (19/4/2023) asi Matsuno menambahkan, pemerintah dapat berkomunikasi mereka semua dan tidak ada warga Jepang yang terluka.

Tembakan senjata berat menghancurkan gencatan senjata 24 jam di Sudan pada Selasa (18/4/2023). Pertempuran antara tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah menewaskan sedikitnya 185 orang dan melukai lebih dari 1.800 orang. 

Pertempuran pecah pada Sabtu (15/4/2023) antara unit tentara yang setia kepada Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti.  Itu adalah serangan pertama sejak keduanya bergabung untuk menggulingkan presiden Omar Hassan al-Bashir pada 2019. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement