REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Hasil autopsi jenazah yang digali dari jamaah pengikut sesat di Kenya Timur, menunjukkan mayat beberapa anak memperlihatkan tanda-tanda kelaparan dan dalam beberapa kasus mati lemas. Hal ini diungkapkan seorang ahli patologi Pemerintah Kenya pada Senin (1/5/2023), ketika para penyelidik memulai autopsi pertama terhadap lebih dari 100 orang yang terkait dengan kultus kiamat.
Pada Senin, para penyelidik mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan 10 autopsi, yang terdiri atas sembilan anak berusia antara 18 bulan dan 10 tahun, dan satu orang dewasa perempuan. Jasad yang diautopsi tersebut berasal dari 101 mayat yang ditemukan bulan lalu di kuburan dangkal di Hutan Shakahola, Kabupaten Kilifi.
Pihak berwenang mengatakan bahwa para korban tewas adalah pengikut Gereja Good News International, yang dipimpin oleh pendeta Paul Mackenzie, yang mereka tuduh telah menginstruksikan jemaatnya untuk membuat diri mereka kelaparan sampai mati untuk menjadi orang pertama yang masuk surga sebelum akhir dunia.
Delapan tubuh anggota sekte yang ditemukan kurus kering di hutan, yang kemudian dinyatakan telah meninggal. Sejauh ini, 44 orang telah diselamatkan. Sementara sang pendeta, Mackenzie telah ditahan polisi sejak 14 April bersama 14 tersangka anggota sekte sesat lainnya.
"Secara umum, sebagian besar dari mereka memiliki ciri-ciri kelaparan. Kami melihat ciri-ciri orang yang belum makan. Tidak ada makanan di dalam perut," kata kepala ahli patologi pemerintah Johansen Oduor kepada para wartawan. Dua orang menunjukkan tanda-tanda sesak napas, katanya menambahkan.
Kematian tersebut merupakan salah satu tragedi terkait sekte terburuk dalam sejarah baru-baru ini dan jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah. Pihak Palang Merah Kenya mengatakan, lebih dari 300 orang dilaporkan hilang.
Pendeta Mackenzie tidak memberikan komentar publik. Reuters berbicara dengan dua pengacara yang mewakili Mackenzie. Namun, keduanya menolak berkomentar mengenai tuduhan yang dilayangkan kepadanya.
Anak-anak merupakan sebagian besar dari mayat yang ditemukan sejauh ini, Menteri Dalam Negeri Kithure Kindiki mengatakan pada hari Jumat.
Ahli Patologi Pemerintah Kenya Johansen Oduor mengatakan, pihaknya sedang mengumpulkan sampel DNA dari orang-orang yang telah melaporkan kehilangan anggota keluarganya. Dia mengatakan, proses pencocokan akan memakan waktu setidaknya satu bulan untuk menyelesaikannya.
Pada Ahad, Presiden William Ruto mengatakan bahwa ia akan menunjuk komisi penyelidikan yudisial pekan ini. Penunjukan ini untuk menyelidiki apa yang terjadi di Shakahola sebenarnya selama ini.