Senin 19 Jun 2023 13:10 WIB

Rusia, Iran dan Uni Ekonomi Eurasia akan Bentuk Zona Perdagangan Bebas

Rusia sebut pembicaraan antara Uni Ekonomi Eurasia dan Iran sedang dalam tahap akhir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Iran Ebrahim Raisi berjabat tangan. Rusia, Iran, dan beberapa negara wilayah Eurasia bentuk zona perdagangan bebas
Foto: AP/Alexandr Demyanchuk/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Iran Ebrahim Raisi berjabat tangan. Rusia, Iran, dan beberapa negara wilayah Eurasia bentuk zona perdagangan bebas

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia, Iran, dan beberapa negara wilayah Eurasia yang membentang dari perbatasan Eropa Timur ke perbatasan Cina Barat akan membentuk zona perdagangan bebas. Kesepakatan tentang pembentukan zona tersebut dimungkinkan akhir tahun ini.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexei Overchuk mengatakan, pembicaraan antara Uni Ekonomi Eurasia (UEE) dan Iran sedang dalam tahap akhir. Selain Rusia, UEE terdiri dari Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan.  

Baca Juga

“Kami bergerak maju. Kami sangat berharap kesepakatan (zona perdagangan bebas) seperti itu dapat ditandatangani pada akhir tahun ini,” kata Overchuk saat diwawancara kantor berita Rusia, TASS, Senin (19/6/2023).

Dia menambahkan, negosiasi di antara negara anggota UEE untuk menciptakan pasar gas bersama juga terus berlanjut. Namun Overchuk tak memberi penjelasan mendetail terkait hal tersebut.

Sejak konflik di Ukraina pecah pada Februari 2022 lalu, Rusia dihujani sanksi ekonomi oleh Barat. Hal itu mendesak Moskow untuk menciptakan pasar baru di luar Eropa. Mereka kemudian berusaha mempererat relasi dengan Cina, Afrika, dan negara-negara Asia serta Arab.

Dengan Iran, misalnya, sejak November 2022 Rusia melakukan pertukaran produk minyak dengan negara tersebut. Pada Maret lalu, Iran mengatakan pihaknya mengandalkan "volume besar" pertukaran minyak dan gas dengan Moskow.

Rusia pun memperkuat hubungannya dengan Cina. Pada 20-21 Maret lalu, Xi Jinping melakukan kunjungan ke Rusia. “Hubungan Rusia-Cina menunjukkan dinamika pembangunan yang sehat dan stabil. Kepercayaan politik antara negara kita sedang dibangun, kepentingan bersama berganda, dan rakyat kita semakin dekat,” kata Xi pada 21 Maret lalu.

Menurut Xi, kerja sama perdagangan, ekonomi, investasi, energi, budaya, dan kemanusiaan dengan Rusia juga sedang berkembang. Sementara itu Putin mengungkapkan, deklarasi bersama yang ditandatanganinya dengan Xi mencerminkan sifat hubungan Rusia-Cina yang berada pada tingkat tertinggi sepanjang sejarah kedua negara. “(Rusia-Cina) berbagi ikatan yang kuat dalam hubungan bertetangga, saling mendukung dan membantu, serta persahabatan antara rakyat kita,” ucap Putin.

Putin telah menugaskan jajarannya untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa berkali-kali lipat dengan Cina. Dia ingin hubungan dengan Beijing di delapan bidang strategis, terutama keuangan, manufaktur industri, teknologi, serta transportasi dan logistik, diperkuat.

Hal itu pun ditegaskan dalam teks deklarasi bersama. “Para pihak menekankan bahwa upaya untuk memperkuat dan memperdalam hubungan kemitraan komprehensif Rusia-Cina serta kerja sama strategis memasuki era baru adalah pilihan strategis yang terlepas dari pengaruh eksternal,” demikian bunyi salah satu kalimat dalam deklarasi bersama Putin dan Xi Jinping.

Dalam deklarasi tersebut, Rusia dan Cina sepakat untuk bersama-sama melindungi keamanan energi internasional, termasuk infrastruktur lintas batas yang kritis, serta stabilitas rantai produksi dan pasokan produk energi. Di deklarasi itu, Rusia dan Cina pun menyatakan akan saling membantu mempertahankan kepentingan serta perbatasan utama mereka. “(Kedua negara) akan memberikan dukungan timbal balik yang tegas sehubungan dengan masalah membela kepentingan inti satu sama lain, terutama kedaulatan, integritas wilayah, keamanan, dan pembangunan,” kata mereka dalam deklarasi bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement