REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Amerika Serikat (AS) menerbangkan pesawat pengebom berkemampuan nuklir ke Semenanjung Korea pada Jumat (30/6/2023). Pengerahan ini beberapa hari setelah Korea Utara (Korut) melakukan demonstrasi anti-AS secara besar-besaran di ibukotanya.
Menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan (Korsel), pembom B-52 jarak jauh mengambil bagian dalam latihan udara bersama AS dan Korsel di semenanjung. Penerbangan jet pembom adalah yang terbaru dari serangkaian pengerahan sementara aset strategis AS di Korsel sebagai tanggapan atas dorongan Korut untuk memperluas persenjataan nuklirnya.
Dua pekan lalu, AS mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir yang mampu membawa sekitar 150 rudal Tomahawk ke perairan Korsel untuk pertama kalinya dalam enam tahun. Kedatangan USS Michigan terjadi sehari setelah Pyongyang melanjutkan uji coba rudal untuk memprotes latihan Washington-Seoul yang dinilai sebagai latihan invasi.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, penyebaran pembom B-52 meningkatkan visibilitas aset strategis AS ke semenanjung. Sekutu telah menunjukkan tekad kuat mereka untuk memperkuat pertahanan gabungan dan akan melanjutkan latihan bersama yang melibatkan pembom strategis AS.
Lebih dari 120 ribu warga Korut berpartisipasi dalam demonstrasi massal di Pyongyang untuk memperingati 73 tahun dimulainya Perang Korea. Selama aksi unjuk rasa, pejabat dan penduduk menyampaikan pidato yang menyatakan balas dendam tanpa ampun terhadap AS atas tindakan perang sambil menuduh merencanakan invasi ke Korut.
Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, meninggalkan semenanjung secara teknis dalam kondisi masih berperang. AS menempatkan sekitar 28 ribu tentara di Korsel sebagai pencegahan terhadap potensi agresi oleh Korut.