Selasa 04 Jul 2023 11:38 WIB

Paus Fransiskus Muak dengan Pembakaran Alquran

Paus menolak alasan kebebasan berbicara sebagai pembenaran aksi pembakaran Alquran.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Paus Fransiskus mengutuk pembakaran Alquran di Swedia pada pekan lalu. Pemimpin Gereja Katolik menyatakan, merasa marah dan jijik melihat kitab suci umat Islam itu dinodai.
Foto: AP Photo/Andrew Medichini
Paus Fransiskus mengutuk pembakaran Alquran di Swedia pada pekan lalu. Pemimpin Gereja Katolik menyatakan, merasa marah dan jijik melihat kitab suci umat Islam itu dinodai.

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus mengutuk pembakaran Alquran di Swedia pada pekan lalu. Pemimpin Gereja Katolik menyatakan, merasa marah dan jijik melihat kitab suci umat Islam itu dinodai.

"Buku apa pun yang dianggap suci harus dihormati untuk menghormati mereka yang mempercayainya. Saya merasa marah dan muak dengan tindakan ini," ujar Paus dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di surat kabar Uni Emirat Arab Al Ittihad pada Senin(3/7/2023).

Baca Juga

Paus menolak alasan kebebasan berbicara sebagai pembenaran tindakan pembakaran Alquran. “Kebebasan berbicara tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk merendahkan orang lain, dan membiarkan yang ditolak dan dikutuk,” katanya.

Sementara polisi Swedia telah menolak beberapa permohonan baru-baru ini untuk demonstrasi anti-Quran, pengadilan telah menolak keputusan tersebut. Lembaga hukum itu mengatakan, pelarang itu melanggar kebebasan berbicara.

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengatakan pada akhir pekan lalu, tindakan kolektif diperlukan dan hukum internasional harus digunakan untuk menghentikan kebencian agama. "Kita harus mengirimkan pengingat terus-menerus kepada masyarakat internasional mengenai penerapan hukum internasional yang mendesak, yang jelas melarang advokasi kebencian agama," ujar organisasi terdiri dari 57 anggota itu dikutip dari Aljazirah.

Arab Saudi memanggil duta besar Swedia atas insiden tersebut untuk mendesak menghentikan semua tindakan yang secara langsung bertentangan dengan upaya internasional yang berupaya menyebarkan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan penolakan terhadap ekstremisme. Riyadh menegaskan upaya untuk rasa saling menghormati yang diperlukan untuk hubungan antara masyarakat dan negara.

Sementara polisi Swedia telah memberikan izin untuk melakukan protes, pria yang membakar Alquran bernama Salwan Momika itu telah didakwa melakukan agitasi terhadap kelompok etnis atau bangsa. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan, sudah saatnya Swedia memikirkan identitasnya.

“Ini adalah situasi keamanan yang serius. Tidak ada alasan untuk menghina orang lain,” kata Kristersson. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement