REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut analis dari Foundation for Defence of Democracies, Ryan Borbst, karena Amerika Serikat tidak menggunakan bom tandan dalam konflik sejak tahun 2003, ada kemungkinan AS memiliki sejumlah besar penyimpanan yang dapat diakses dengan cepat.
Surat pada Maret 2023 dari DPR dan Senat Partai Republik kepada pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan AS mungkin memiliki sebanyak 3 juta bom tandan yang tersedia untuk digunakan. Mereka mendesak Gedung Putih untuk mengirim amunisi untuk mengurangi tekanan pada pasokan perang AS.
Sebelumnya, dikutip dari Aljazirah, Jumat (7/7/2023) AS dikabarkan akan segera mengirimkan ribuan cluster munitions atau bom tandan ke Ukraina. Bom tandan adalah bom yang terbuka di udara dan melepaskan "bom" berukuran lebih kecil di area yang luas. Bom tersebut dirancang untuk menghancurkan tank, peralatan militer, pasukan, dan melibas banyak sasaran pada saat bersamaan.
Kelompok hak asasi manusia dan kemanusiaan diperkirakan akan mengkritik keras langkah AS karena sifat destruktifnya yang sangat berbahaya. Bahkan ada Konvensi Munisi Tandan yang pada dasarnya traktat internasional yang melarang penggunaan bom tandan. Konvensi itu telah diikuti lebih dari 120 negara. Para pihak setuju untuk tidak menggunakan, memproduksi, mentransfer atau menimbun senjata tersebut dan memusnahkannya setelah digunakan. AS, Rusia, dan Ukraina belum menandatangani perjanjian tersebut.