REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) menuduh Amerika Serikat (AS) menerobos ruang udaranya dengan pesawat pengintai. Pyongyang memperingatkan saat ini mereka menahan diri, tapi mungkin akan menembak jatuh pesawat tersebut.
Pada Ahad (9/7/20230) kantor berita KCNA melaporkan seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Korut yang tidak disebutkan namanya mengatakan aksi provokasi militer AS membawa Semenanjung Korea semakin dekat dengan konflik nuklir. Laporan itu juga menyebutkan AS menggunakan pesawat pengintai dan drone.
KCNA mengatakan AS meningkatkan ketegangan di kawasan dengan mengirim kapal selam nuklir ke dekat Semenanjung Korea. "Tidak ada jaminan insiden mengejutkan seperti jatuhnya pesawat pengintai strategis Angkatan Udara AS tidak terjadi," kata juru bicara tersebut.
Pernyataan itu menyinggung insiden sebelumnya Korut menembak jatuh atau menghalau pesawat AS di perbatasannya dengan Korea Selatan (Korsel) dan pantainya. Korut kerap mengajukan keluhan mengenai pesawat pengintai di dekat Semenanjung Korea.
Militer AS yang bermarkas di Korsel belum menanggapi permintaan komentar.
KCNA mengatakan langkah AS memperkenalkan aset nuklir strategis ke Semenanjung Korea adalah "pemerasan nuklir paling" terbuka terhadap Korut dan negara-negara di kawasan. Serta menimbulkan ancaman besar terhadap perdamian.
"Apa pun situasi ekstrem yang diinginkan siapa pun yang tercipta atau tidak di Semenanjung Korea tergantung pada tindakan AS di masa depan bila bila situasi itu tiba-tiba terjadi AS sepenuhnya yang bertanggung jawab," kata kantor berita tersebut.
Latihan angkatan laut dan udara AS dan Korsel tahun ini melibatkan kapal induk dan pesawat bomber AS. Kapal selam AS yang dipesenjatai rudal nuklir jelajah juga ambil bagian dalam latihan gabungan di Busan, Korsel, bulan lalu.
Dalam pernyataannya Korut mengecam pengiriman pertama kapal selam berkekuatan rudal nuklir AS ke Semenanjung Korea itu sejak 1981. Pada April lalu pemimpin Korsel dan AS sepakat kapal selam berkekuatan rudal nuklir akan berkunjung ke Korsel untuk pertama kalinya sejak 1980-an. Tapi tidak disebutkan tanggal kunjungannya.
Langkah itu bagian dari rencana AS meningkatkan aset strategisnya ke Korsel agar dapat lebih efektif dalam merespon ancaman dan senjata Korut. Pada Juni lalu AS mengirim pesawat bomber strategis B-52 dalam latihan militer setelah Korut akan meluncurkan satelit mata-matanya.
"Sudah saatnya masyarakat internasional menunjukkan tekad untuk menahan program senjata nuklir Korut lebih kuat dari keinginan Korut mengembangkan senjata nuklir," kata Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dalam pernyataannya Senin kemarin.
Yoon dijadwalkan menghadiri pertemuan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pekan ini. Kantor kepresidenan Korsel mengatakan Yoon berharap kerja sama yang lebih kuat dari negara anggota NATO untuk menghadapi ancaman rudal dan nuklir Korut.