Selasa 11 Jul 2023 06:58 WIB

Rusia dan Ukraina Sama-Sama Gunakan Bom Tandan

Ukraina sedang menunggu pengiriman amunisi kluster atau bom tandan dari AS

Perang antara Rusia dan Ukraina diwarnai penggunaan bom tandan atau bom kluster oleh kedua belah pihak.
Foto: .
Perang antara Rusia dan Ukraina diwarnai penggunaan bom tandan atau bom kluster oleh kedua belah pihak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang antara Rusia dan Ukraina diwarnai penggunaan bom tandan atau bom kluster oleh kedua belah pihak. Organisasi hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) dalam laporannya yang diterbitkan pada Kamis (6/7/2023), menyatakan baik pasukan Rusia maupun Ukraina menggunakan amunisi tandan yang menewaskan warga sipil Ukraina.

Untuk itu, HRW mendesak Rusia dan Ukraina untuk berhenti menggunakan senjata tersebut, dan mendesak Amerika Serikat (AS) untuk tidak memasok persenjataan jenis itu. AS, Rusia, dan Ukraina, termasuk negara yang menolak untuk meratifikasi konvensi yang melarang penggunaan bom tandan.

Baca Juga

Ukraina sendiri sedang menunggu pengiriman amunisi kluster atau bom tandan dari Amerika Serikat. Menurut penasihat politik kepresidenan Ukraina Mykhailo kepada Reuters pada Jumat (7/7/2023), pasokan bom tandan dari AS merupakan amunisi tambahan bagi Ukraina yang berkontribusi sangat penting untuk melawan pendudukan Rusia.

Podolyak berpendapat bahwa amunisi tandan akan mampu menimbulkan dampak psikologis yang sangat luar biasa terhadap kelompok pasukan pendudukan Rusia yang saat ini menurut dia sudah menurun semangatnya.

Baca Juga: Hacker Rusia Retas Puluhan Diplomat dengan Umpan Iklan BMW Murah

Ukraina membutuhkan lebih banyak amunisi dan sangat berterima kasih kepada negara mitra yang "memahami kenyataan keras dari perang," kata Podolyak.

Pemerintah AS sendiri pada Jumat (7/7/2023) juga secara resmi telah mengumumkan akan mengirimkan amunisi klaster atau bom tandan ke Ukraina, sebagai bagian dari paket keamanan senilai 800 juta dolar AS (sekitar Rp12,12 triliun).

Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden, kepada wartawan menyatakan bahwa pihaknya menyadari bahwa amunisi tandan menimbulkan risiko bahaya bagi warga sipil, termasuk dari bom yang tidak meledak.

Untuk itu, ujar dia, pihaknya sebenarnya telah lama menunda keputusan untuk mengirimkan amunisi bom tandan ke Ukraina. Namun, AS menyadari bahwa ada risiko yang sangat besar bila pasukan dan tank Rusia mencaplok lebih banyak wilayah Ukraina sehingga menaklukkan daerah di mana banyak warga sipil Ukraina, bila Ukraina tidak memiliki cukup artileri, kata Sullivan.

Sulivan menyatakan bahwa Ukraina telah memberikan jaminan tertulis bahwa mereka akan menggunakan bom tandan itu dengan sangat berhati-hati untuk meminimalkan risiko terhadap warga sipil.

Negara sekutu menolak...

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement