Ahad 30 Jul 2023 17:27 WIB

Menteri Pendidikan Jerman Khawatirkan Spionase dari Mahasiswa Cina

Menteri Pendidikan Jerman menyerukan revisi praktik pertukaran pelajar dengan Cina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Menteri Pendidikan Jerman, Bettina Stark-Watzinger pada Sabtu (29/7/2023) menyerukan revisi praktik pertukaran pelajar dengan Cina.
Foto: EPA-EFE/RITCHIE B. TONGO
Menteri Pendidikan Jerman, Bettina Stark-Watzinger pada Sabtu (29/7/2023) menyerukan revisi praktik pertukaran pelajar dengan Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Pendidikan Jerman, Bettina Stark-Watzinger pada Sabtu (29/7/2023) menyerukan revisi praktik pertukaran pelajar dengan Cina. Langkah ini dilakukan karena peningkatan risiko spionase oleh pelajar Cina yang datang untuk belajar di Jerman dengan beasiswa penuh dari negara.

“Cina menjadi semakin kompetitif dan merupakan saingan sistemik dalam bidang sains dan penelitian,” kata Stark-Watzinger dalam wawancara yang diterbitkan pada Sabtu oleh Mediengruppe Bayern.

Baca Juga

Stark-Watzinger memuji keputusan Universitas Friedrich-Alexander (FAU) di Bavaria, yang secara teratur bermitra dengan industri Jerman dalam proyek penelitian. Universitas tersebut tidak lagi menerima mahasiswa Cina yang menerima beasiswa dari Dewan Beasiswa China (CSC). Dewan ini merupakan bagian dari lembaga negara Cina.

Menurut laporan terbaru yang diterbitkan di Deutsche Welle dan platform investigasi Correctiv, penerima beasiswa ini harus menandatangani sumpah setia kepada Cina atau menghadapi risiko proses hukum. Stark-Watzinger mengatakan, larangan FAU yang tidak lagi menerima mahasiswa Cina dimotivasi oleh kesadaran bahwa kebebasan berpendapat dan kebebasan ilmiah yang berlabuh di Hukum Dasar Jerman tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh penerima beasiswa CSC. Karena ada peningkatan risiko spionase ilmiah.

“Keputusan FAU harus mendorong lembaga lain untuk meninjau kembali ketentuan kerja sama mereka dengan CSC,” kata Stark-Watzingerm

Pada pertengahan Juli, Jerman memperketat pendekatannya ke Cina dengan menerbitkan strategi setebal 64 halaman. Pendekatan baru ini sebagai tanggapan atas langkah Cina yang lebih asertif.  

Dokumen tersebut mencakup kebijakan keamanan serta kerja sama ekonomi dan ilmiah. Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan, Berlin telah bereaksi terhadap Cina yang telah berubah dan menjadi lebih tegas. Olaf mengatakan, pemerintahnya ingin mengurangi ketergantungan ekonomi pada Beijing.

Beijing mengatakan, pendekatan baru itu akan meningkatkan risiko dan memperburuk perpecahan di dunia. Langkah keras Berlin telah memicu ketakutan di industri Jerman, yang bergantung pada Cina. Raksasa perusahaan seperti Volkswagen dan Siemens dalam beberapa bulan terakhir telah menguraikan strategi pertumbuhan yang sangat bergantung pada pasar Cina.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement