REPUBLIKA.CO.ID, KHAR -- Ratusan pelayat pada Senin (31/7/2023) menghadiri pemakaman koban yang tewas akibat serangan bom bunuh diri di Pakistan. Sedikitnya 54 orang tewas dalam serangan pemboman saat kampanye partai konservatif Jamiat Ulema-e-Islam (JUI-F) di pinggiran Khar di distrik Bajaur pada Ahad (30/7/2023).
Serangan itu tampaknya mencerminkan perpecahan di antara kelompok-kelompok Islamis, yang memiliki kehadiran kuat di distrik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang berbatasan dengan Afghanistan itu. Serangan ini menargetkan partai JUI-F yang memiliki hubungan dengan Taliban Afghanistan dan Pakistan. Polisi mengatakan, sekitar 1.000 orang memadati tenda di dekat pasar untuk menghadiri kampanye menjelang pemilu musim gugur.
“Orang-orang meneriakkan Allahuakbar ketika para pemimpin tiba, dan saat itulah saya mendengar suara bom yang memekakkan telinga," ujar seorang penduduk setempat, Khan Mohammad, yang berdiri di luar tenda.
Mohammad mengatakan, dia mendengar orang-orang berteriak minta tolong, dan beberapa menit kemudian ambulans tiba dan mulai mengevakuasi korban yang terluka.
Pada Senin, kerabat para korban tewas menangis histeris sambil memukuli dada mereka saat jenazah dibawa ke pemakaman. Ratusan pria menggotong peti mati ke masjid dan area terbuka untuk salat jenazah sebelum dimakamkan.
Saat belasungkawa terus mengalir dari seluruh negeri, puluhan orang yang mengalami luka ringan dipulangkan dari rumah sakit. Sementara korban yang terluka parah dibawa ke ibu kota provinsi Peshawar dengan helikopter tentara. Jumlah korban tewas terus meningkat karena beberapa orang yang terluka parah meninggal di rumah sakit.
Gul Akbar, ayah dari seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang terluka dalam serangan itu, mengatakan, seluruh keluarganya terkejut setelah mendengar tentang pengeboman tersebut. Akbar mengatakan, dia langsung pergi ke lokasi serangan, dan menemukan putranya, Taslim Khan dirawat di sebuah rumah sakit di Khar.
“Apa yang akan saya lakukan jika dia juga mati syahid? Lima anak tewas dalam serangan biadab ini, dan kami ingin tahu kesalahan apa yang dilakukan anak-anak kami,” kata Akbar.
Militer Pakistan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memerangi Taliban Pakistan atau dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) di Bajur sebelum mendeklarasikan distrik itu bersih dari militan pada 2016. Namun partai JUI-F yang dipimpin oleh ulama dan politisi garis keras, Fazlur Rehman, tetap menjadi kekuatan politik yang kuat.
Analis keamanan Pakistan, Mahmood Shah mengatakan, beberapa anggota TTP diketahui tidak mematuhi kepemimpinan puncak mereka untuk melakukan serangan, seperti halnya faksi-faksi yang memisahkan diri dari kelompok tersebut. Shah mengatakan, faksi-faksi seperti itu dapat melakukan serangan yang menyebabkan kebingungan, ketidakstabilan, dan keresahan menjelang pemilihan."
Partai JUI-F sedang bersiap untuk mengikuti pemilihan umum, yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober atau November. Abdul Rasheed, salah satu pemimpin senior partai, mengatakan pengeboman itu ditujukan untuk melemahkan partai. Tetapi serangan seperti itu tidak dapat menghalangi tekad partai dalam pemilu.
Partai JUI-F adalah bagian dari pemerintahan koalisi Perdana Menteri Shehbaz Sharif. Setelah serangan bom bunuh diri, Sharif menelepon Rehman untuk menyatakan belasungkawa dan berjanji bahwa mereka yang mengatur serangan itu akan dihukum berat.
Rehman telah lama mendukung pemerintah Taliban Afghanistan. Dia selamat dari setidaknya dua serangan bom pada 2011 dan 2014. Ketika itu serangan bom merusak mobilnya dalam aksi unjuk rasa.
Pengeboman pada Ahad adalah salah satu yang terburuk di barat laut Pakistan dalam dekade terakhir. Pada 2014, sebanyak 147 orang, kebanyakan anak sekolah, tewas dalam serangan Taliban di sekolah yang dikelola tentara di Peshawar.
Pada Januari, 74 orang tewas dalam pemboman di sebuah masjid di Peshawar. Kemudian pada Februari, lebih dari 100 orang, sebagian besar polisi, tewas dalam pemboman di sebuah masjid di dalam kompleks markas polisi Peshawar yang dijaga dengan keamanan tinggi.