REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Negara blok regional Afrika Barat, ECOWAS, mengirimkan delegasi ke Niger pada Rabu (2/8/2023), untuk bernegosiasi dengan para perwira militer yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta minggu lalu. Perwakilan ECOWAS ini meminta kudeta dibatalkan dan Presiden Bazoum dibebaskan.
ECOWAS bisa saja menggunakan kekuatan senjata bila tuntutan itu tidak dilakukan dalam waktu sepekan. Desakan ini setelah hasil pertemuan para kepala pertahanan regional ECOWAS selama dua hari di negara tetangganya, Nigeria. ECOWAS sebelumnya juga telah menjatuhkan sanksi kepada Niger setelah Piala Afrika pekan lalu.
"Opsi militer adalah opsi terakhir yang ada di atas meja, pilihan terakhir, tetapi kita harus bersiap untuk kemungkinan itu," kata Abdel-Fatau Musah, komisaris ECOWAS untuk urusan politik, perdamaian, dan keamanan.
"Ada kebutuhan untuk menunjukkan bahwa kita tidak bisa hanya menggonggong tetapi juga bisa menggigit," katanya kepada wartawan di Abuja.
Delegasi ke Niger dipimpin oleh mantan pemimpin militer Nigeria, Abdulsalami Abubakar, yang diharapkan tiba di Niamey pada hari Rabu untuk memulai pembicaraan dengan pemerintah militer, kata Musah. Perincian lain mengenai misi ini masih belum jelas. Amos Lungu, juru bicara Komisi ECOWAS, tidak menanggapi permintaan komentar dari Aljazirah.
Pemerintahan militer di Niger dipimpin oleh mantan kepala pengawal kepresidenan Bazoum, Jenderal Abdourahmane Tchiani, yang menahan Bazoum di istananya pada tanggal 26 Juli dan kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai kepala negara.
ECOWAS sebelumnya telah mengirim Presiden Benin Patrice Talon dan pemimpin militer sementara Chaidan, Mahamat Idriss Deby, untuk bernegosiasi dengan Techiani.
Blok ini telah berjuang untuk menahan kemunduran demokrasi di Afrika Barat, karena negara-negara anggota Mali, Burkina Faso, dan Guinea juga telah mengalami kudeta dalam dua tahun terakhir, bersama dengan percobaan kudeta di Guinea-Bissau.