REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Angkatan Bersenjata Jerman (Bundeswehr) tengah menghadapi kesulitan untuk merekrut personel baru. Hal itu terjadi saat Jerman berusaha merombak militernya menyusul serangan Rusia ke Ukraina.
Bundeswehr telah lama mengalami kekurangan sumber daya dan dana. Namun sejak pecahnya perang di Ukraina, Kanselir Jerman Olaf Scholz berjanji akan meningkatkan pendanaan untuk Bundeswehr.
Selain minimnya dana, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan, saat ini Bundeswehr juga sedang menghadapi tantangan dalam merekrut personel tentara untuk generasi berikutnya. “Semua orang berbicara tentang kekurangan personel di Bundeswehr, dan tidak ada yang tahu ini lebih baik dari saya,” katanya kepada awak media pada Rabu (2/8/2023) lalu.
Dia menyebut terjadi defisit dalam perekrutan personel baru tahun ini. “Kami memiliki pelamar tujuh persen lebih sedikit tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.
Pistorius menambahkan, selama masa pendidikan dan pelatihan, terdapat sekitar 30 persen calon tentara yang memutuskan keluar. Menurut Pistorius saat ini generasi muda, termasuk di Jerman, memiliki perhatian lebih besar tentang keseimbangan kehidupan kerja dibandingkan pada masa lalu. Pola pandang demikian sulit diselaraskan dengan karier militer.
Fakta bahwa masyarakat Jerman menua, memicu kekurangan angkatan kerja di banyak industri. Hal itu kian menyulitkan proses rekrutmen militer. “Pada tahun 2050, kita akan memiliki 12 persen lebih sedikit orang dalam kelompok usia 15-24 tahun,” kata Pistorius.
Saat ini Bundeswehr memiliki 180 ribu personel. Jerman menargetkan untuk meningkatkan jumlah tersebut menjadi 203 ribu pada 2031. Kendati demikian, Pistorius mengungkapkan bahwa target tersebut sedang ditinjau.
Masalah akut yang dihadapi Bundeswehr terungkap pada Maret lalu. Ketika itu komisaris parlemen Jerman yang bertugas mengawasi militer, Eva Hoegl, mengatakan, Bundeswehr memiliki jumlah tentara yang terlalu sedikit. Dia pun menyoroti barak-baraknya yang berada dalam kondisi memprihatinkan. Hoegl mengungkapkan, beberapa tempat tinggal pasukan tidak memiliki Wi-Fi dan bahkan toilet yang tak berfungsi.
Inti dari upaya Jerman untuk merombak militer adalah dana khusus 100 miliar euro. Namun Hoegl mengatakan bahwa tidak satu pun dari dana tersebut dihabiskan pada tahun 2022 di tengah pengambilan keputusan birokrasi yang lamban.