Ahad 06 Aug 2023 06:27 WIB

Junta Niger Minta Bantuan Tentara Bayaran Rusia Grup Wagner

Wagner sedang mempertimbangkan permintaan tersebut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
ECOWAS bertemu dengan junta militer Niger. Junta militer Niger telah meminta bantuan dari kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner.
Foto:

Niger telah dinilai sebagai mitra kontraterorisme terakhir yang dapat diandalkan Barat. Wagner beroperasi di beberapa negara Afrika, termasuk Mali. Kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Wagner melakukan pelanggaran mematikan.

"Kita tidak dapat mengatakan ada implikasi langsung Rusia dalam kudeta Niger, tetapi jelas, ada sikap oportunistik di pihak Rusia, yang mencoba mendukung upaya destabilisasi di mana pun mereka menemukannya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Anne-Claire Legendre. Selama berhari-hari setelah junta Niger merebut kekuasaan, warga mengibarkan bendera Rusia.

Claire Legendre menggambarkan Wagner sebagai "resep untuk kekacauan." Sementara beberapa warga menolak pendekatan junta.

“Itu semua palsu. Mereka menentang campur tangan asing untuk memulihkan ketertiban dan legalitas konstitusional. Tetapi sebaliknya, mereka siap untuk membuat pakta dengan Wagner dan Rusia untuk merusak tatanan konstitusional. Mereka siap untuk membakar negara sehingga mereka dapat mempertahankan posisi mereka secara ilegal," kata Amad Hassane Boubacar, yang mengajar di Universitas Niamey.

Pada Sabtu (5/8/2023) Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, mengatakan, memperingatkan para pemberontak untuk menanggapinya dengan serius. “Kudeta tidak lagi pantas. Sudah waktunya untuk mengakhirinya,” kata Colonna.

Kementerian Luar Negeri mengatakan, Prancis mendukung upaya ECOWAS dan menyerukan agar Bazoum dan semua anggota pemerintahannya dibebaskan. Junta Niger telah meminta penduduk untuk mewaspadai mata-mata, dan kelompok-kelompok pertahanan swadaya telah bergerak pada malam hari untuk memantau mobil dan berpatroli di ibu kota.

“Jika junta berusaha keras dan menggalang rakyat di sekitar bendera – bahkan mungkin mempersenjatai milisi sipil, intervensi dapat berubah menjadi kontrapemberontakan multifaset yang tidak akan siap ditangani oleh ECOWAS,” kata sebuah laporan oleh Institut Hudson.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement