Senin 07 Aug 2023 22:49 WIB

Jepang Masih Pertimbangkan Waktu Pembuangan Air Radioaktif

Nelayan lokal dan beberapa negara masih menentang rencana Jepang tersebut.

Jepang berencana membuang air radioaktif Fukushima pada akhir Agustus atau Awal September.
Foto: EPA-EFE/KCNA
Jepang berencana membuang air radioaktif Fukushima pada akhir Agustus atau Awal September.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang sedang mempertimbangkan untuk memulai pelepasan air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut antara akhir Agustus dan awal September. Meskipun nelayan lokal dan beberapa negara menentang rencana itu.

Pemerintah Jepang diperkirakan akan menentukan tanggal spesifik untuk mulai membuang air radioaktif setelah Perdana Menteri Fumiko Kishida kembali dari pertemuan puncak trilateral dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang akan diadakan di Camp David dekat Washington, 20 Agustus mendatang, mengutip Kyodo, Senin (7/8/2023).

Baca Juga

Kishida disebut-sebut akan menjelaskan rencana pembuangan air dari Fukushima kepada Presiden AS Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, dalam pertemuan puncak pada 18 Agustus 2023, kata sumber-sumber pemerintah Jepang. Kishida mengatakan, dia akan mengadakan pembicaraan puncak dengan Biden dan Yoon secara terpisah. Dia bermaksud untuk mencari pemahaman mereka tentang rencana tersebut, kata sumber tersebut.

Pemerintah juga harus mempertimbangkan dimulainya kembali penangkapan ikan menggunakan pukat di Prefektur Fukushima mulai September. Rencana pembuangan air radioaktif ke laut telah disetujui oleh Pemerintah Jepang pada April 2021, di bawah pemerintahan Perdana Menteri Yoshihide Suga kala itu.

Pada Senin, Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada perubahan dalam rencana tersebut. Pemerintah telah mempertimbangkan waktunya sejak Badan Energi Atom Internasional mengatakan dalam laporan akhirnya pada awal Juli bahwa pembuangan yang direncanakan akan memenuhi standar keamanan global.

Namun, masih ada tantangan yang harus dihadapi Pemerintah Jepang, termasuk masalah keamanan di antara beberapa negara tetangga dan Pasifik, serta kekhawatiran di kalangan nelayan lokal tentang potensi rusaknya reputasi produk makanan laut mereka. China menjadi salah satu negara yang menentang rencana itu dan memperkenalkan uji radiasi selimut pada makanan dan minuman impor dari Jepang, sebagai tindakan konkret untuk menekan Tokyo atas rancangan tersebut.

Jepang dapat menunda dimulainya pembuangan air radioaktif sampai setelah menjelaskan rencana tersebut kepada para pemimpin China di sela-sela KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Indonesia dan KTT G20 di India. Kedua pertemuan itu akan berlangsung pada awal September.

Kishida berusaha untuk mengadakan pembicaraan dengan kepala federasi perikanan nasional Jepang untuk menyampaikan kesiapan pemerintah untuk melakukan semua yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran rumor berbahaya tentang makanan laut yang ditangkap di perairan sekitar Prefektur Fukushima.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement