Kamis 10 Aug 2023 10:17 WIB

Junta Militer Niger Bertemu Perwakilan Nigeria

Junta Niger menolak upaya diplomasi dari negara-negara Afrika, AS dan PBB

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Prancis mengutuk kekerasan terhadap misi diplomatiknya di Niger dan berjanji bertindak keras pada setiap serangan
Foto: AP
Prancis mengutuk kekerasan terhadap misi diplomatiknya di Niger dan berjanji bertindak keras pada setiap serangan

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY -- Junta militer Niger bertemu dengan dua perwakilan Nigeria. Pertemuan ini menawarkan harapan untuk dialog sebelum pertemuan pemimpin kawasan yang dapat menghasilkan aksi militer untuk memulihkan demokrasi.

Pertemuan digelar saat Niger menuduh Prancis melanggar perbatasan ruang udaranya, menyerang kamp militer dan membebaskan "teroris" untuk merusak Niger. Paris membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga

Perwira Angkatan Darat Amadou Abdramane yang berbicara atas nama pemimpin kudeta menyampaikan tuduhan itu dalam sebuah video. Tapi ia tidak memberikan bukti-bukti tuduhan itu.

Pernyataan ini menambah ketegangan menjelang pertemuan kepala negara Afrika Barat yang diperkirakan akan membahas opsi-opsi dalam menanggapi kudeta di Niger. Termasuk aksi militer.

"Apa yang kami lihat adalah rencana merusak stabilitas negara kami," kata Abdramane, Rabu (9/8/2023).

Kementerian Luar Negeri Prancis menolak tuduhan tersebut. Prancis mengatakan mereka beroperasi berdasarkan perjanjian dengan pasukan Niger dan pasukannya di Afrika Barat atas permintaan otoritas yang sah.

Selama kebuntuan, junta menolak upaya diplomasi dari negara-negara Afrika, Amerika Serikat (SA) dan perwakilan PBB. Sumber pemerintah Nigeria mengatakan pemimpin junta memberi pengecualian dalam pertemuan dengan dua perwakilan Presiden Nigeria Bola Tinubu yang juga ketua Komunitas Ekonomi Afrika Barat (ECOWAS) di Niamey.

Perwakilan itu merupakan Lamido Muhammad Sanusi dan Abdullsalami Abubakar. Mereka diizinkan masuk meski perbatasan Niger ditutup. Hanya Sanusi yang bertemu pemimpin junta Jenderal Abdourahamane Tiani, sementara rekannya bertemu perwakilan Nigeria yang lain di bandara.

"Kami akan terus melakukan yang terbaik untuk membawa kedua belah pihak memperbaiki pemahaman masing-masing, ini waktunya untuk diplomasi publik," kata Sanusi saat pulang ke Abuja.

Partai Presiden Mohammed Bazoum yang digulingkan dalam kudeta 26 Juli lalu menuduh junta menahan presiden dan keluarganya dalam tahanan yang "keji" dan "tidak manusiawi" di istana presiden. Partai PNDS-Tarayya mengajak mobilisasi massa seluruh negeri untuk membebaskan mereka.

Partai itu mengatakan Bazoum tidak mendapatkan aliran air, listrik dan akses pada makanan segar atau dokter. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Matthew Miller mengatakan AS sangat khawatir dengan keselamatan Bazoum dan masih mencari cara untuk memulihkan demokrasi.

"Kami terus terlibat dengan mitra-mitra kami di kawasan. Kami terus terlibat dengan pemerintah lain," katanya di konferensi pers.

AS, Prancis, Italia dan Jerman menempatkan pasukannya di Niger dalam upaya internasional mengatasi pemberontakan milisi bersenjata yang menghancurkan kawasan Sahel. Keberadaan mereka sesuai dengan perjanjian yang dibuat dengan pemerintah sipil yang digulingkan junta.

Retorika anti-Prancis yang bekas penjajah Niger menjadi tema utama kudeta di kawasan selama dua tahun terakhir. Termasuk di Mali dan Burkina Faso yang kini mendukung para jenderal di Niamey.

Junta mencabut pakta militer dengan Prancis tapi Paris menolak keputusan itu. Menurut Prancis keputusan tersebut tidak diambil otoritas sah.

Kudeta ini dipicu politik internal tapi berkembang menjadi drama internasional. ECOWAS, PBB dan negara-negara Barat menekan junta untuk mundur, sementara Mali dan Burkina Faso berjanji untuk membelanya.

Situasi politik menjadi semakin rumit setelah mantan pemimpin pemberontakan Rhissa Ag Boula mengumumkan Dewan Perlawanan untuk Republik (CRR) yang bertujuan memulihkan kekuasaan Bazoum.

"Niger korban tragedi yang didalangi orang-orang yang bertanggung jawab untuk melindunginya," kata Ag Boula dalam pernyataannya.

Ia mengatakan CRR akan menggunakan "segala cara" untuk menghentikan pengambilalihan kekuasaan militer dan mendukung diplomasi internasional. Perlawanan dari Ag Boula menambah spektrum konflik internal di Niger yang sampai sebelum kudeta merupakan sekutu penting Barat untuk melawan pengaruh Rusia di kawasan.

Kekuatan-kekuatan Barat khawatir pengaruh Rusia semakin kuat bila junta di Niger mengikuti langkah Mali yang menolak pasukan Barat. Kemudian mengundang tentara bayaran Rusia, Wagner.

Ag Boula berperan sebagai pemimpin pemberontakan kelompok etnis nomaden Tuareg di gurun utara Niger pada tahun 1990-an dan 2000-an. Seperti kebanyakan pemimpin pemberontak lainnya, ia masuk ke pemerintahan mantan Presiden Mahamadou Issoufou dan Bozoum.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement