Selasa 15 Aug 2023 14:07 WIB

Blackwater AS Buka Jalan Wagner Rusia, Akankah Ukraina Jadi Medan Tempur Tentara Bayaran?

AS menggunakan jasa tentara bayaran Blackwater dalam perang mleawan terorisme.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Anggota Blackwater dalam perang Irak
Foto:

Pengucuran triliunan dolar ke dalam perusahaan swasta militer ini telah membantu menciptakan industri kontraktor militer yang besar dan kuat. Dan kini bahkan telah mendunia dan mengubah cara negara-negara besar dan kecil terlibat dalam peperangan dan upaya kebijakan luar negeri yang penuh dengan aksi kekerasan.

Penggunaan Tentara bayaran dengan mudah menawarkan penyangkalan yang masuk akal, strategi "cuci tangan." Termasuk juga dapat membantu suara politik pemerintah, menenangkan para pemilih yang enggan mengirim pasukan nasional dalam misi luar negeri yang berisiko. 

Sebagai contoh, pada tahun 2007, Blackwater membunuh 14 warga sipil Irak dalam sebuah serangan huru-hara di Nisour Square di Baghdad. Mereka tidak berada di bawah rantai komando militer AS, karena mereka dikontrak secara pribadi oleh Departemen Luar Negeri AS untuk menjaga staf mereka.

Ketika pemerintah Irak memutuskan untuk mencabut lisensi Blackwater dari pemerintah, mereka menemukan bahwa perusahaan tersebut tidak pernah memilikinya sejak awal. Selain itu, para pelaku pembantaian tidak tunduk pada hukum Irak, sehingga mereka tidak dapat diadili di tanah Irak.

Pada tahun 2015, pengadilan AS menjatuhkan hukuman 30 tahun penjara kepada tiga mantan tentara Blackwater dan satu orang penjara seumur hidup atas pembantaian tersebut, tetapi hanya lima tahun kemudian, Presiden Donald Trump mengampuni mereka sebelum ia meninggalkan jabatannya.

Pembantaian di Lapangan Nisour sejauh ini bukanlah satu-satunya kekejaman yang dilakukan oleh tentara bayaran Amerika. Pada akhirnya, kekerasan yang dilakukan tentara bayaran ini berkontribusi pada sentimen anti-Amerika.

Sentimen anti-AS itu telah meluas di Irak yang melemahkan upaya kontra-pemberontakan yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Hal ini jugalah yang menjadi faktor-faktor utama yang kemudian memungkinkan munculnya ISIL (ISIS).

Terlepas dari masalah-masalah ini, AS tidak menyingkirkan tentara bayaran itu sepenuhnya,  dan terus mengandalkannya. Bahkan setelah AS memilih menarik diri dari Afghanistan dan Irak. Industri militer swasta yang berkembang pesat saat ini telah memungkinkan pengalihdayaan perang dan kekerasan di seluruh dunia. Ini merupakan salah satu warisan buruk dari "perang melawan teror" AS.

Penyangkalan yang masuk akal bagi Kremlin kemungkinan besar mengamati dengan seksama penggunaan kontraktor oleh pemerintah AS di Afganistan dan Irak dan memahami kegunaannya. Menurut beberapa pengamat, Putin kemungkinan besar menginginkan Blackwater versi Rusia untuk digunakan dalam petualangan kebijakan luar negerinya. 

Dalam mengikuti perintah patronnya untuk membentuk kelompok tentara bayaran, Prigozhin bahkan meniru estetika perusahaan Amerika. "Tentara bayaran Wagner di Suriah dan Afrika memainkan peran itu," tulis Lucian Kim, mantan kepala biro NPR di Moskow, di Foreign Policy.

Kontraktor Prigozhin pertama kali digunakan pada tahun 2014 untuk mendukung agresi Rusia di Ukraina Timur. Mereka kemudian dikerahkan ke Suriah untuk mendukung rezim Presiden Bashar al-Asad, dan ke Libya, untuk memerangi pemberontak jenderal Khalifa Haftar. Selama konflik-konflik ini, Kremlin terus menyangkal keterlibatan dan keberadaan Wagner, karena perusahaan militer swasta ilegal, menurut hukum Rusia.

Efektivitas tentara bayaran Rusia mendorong para pemimpin politik dan militer dari seluruh Afrika untuk menggunakan jasa mereka, yang memperkuat posisi internasional dan jangkauan kebijakan luar negeri Moskow.

Ketika pada Februari 2022, Putin memutuskan untuk melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, ia juga membutuhkan pasukan dalam jumlah besar, yang tidak dimiliki oleh militer Rusia. Wagner ditugaskan secara khusus untuk menyediakan para pejuang untuk dilemparkan ke dalam pertempuran paling berdarah sebagai umpan meriam. 

Karena kehabisan sukarelawan, Prigozhin kemudian merekrut para narapidana yang ditawari amnesti dengan imbalan dinas militer. Dengan demikian, Wagner membantu Kremlin meminimalkan biaya perang yang dirasakan oleh publik Rusia yang agak tidak nyaman dengan invasi skala penuh. 

Namun, pasukannya tidak berada di bawah komando langsung tentara Rusia, yang juga menjadi masalah besar bagi Kremlin.

Pemberontakan ini mungkin merupakan perkembangan yang tak terduga bagi Putin, dan membuatnya terlihat lemah, tidak hanya di mata masyarakat internasional, tetapi juga di mata orang dalam rezim. Dampak dari pemberontakan Prigozhin kemungkinan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Kremlin telah mengusir pasukan Wagner dari wilayah Rusia dan medan perang di Ukraina, tetapi jelas belum siap untuk menghentikan operasi luar negerinya. Mereka terlalu menguntungkan secara ekonomi dan berguna secara politik. 

Sebagai imbalan atas jasa militernya, Wagner dan perusahaan-perusahaannya di luar negeri terlibat dalam ekstraksi minyak dan gas serta penambangan emas dan berlian, yang memastikan aliran keuangan yang cukup besar ke Moskow. Ini adalah peran yang tak bisa ditiru oleh militer tradisional Rusia.

Dengan mengandalkan tentara bayaran, AS, Rusia, dan negara-negara lain telah melemahkan aturan keterlibatan yang diterima secara internasional dan merongrong rezim hukum internasional yang berusaha melindungi warga sipil di masa perang. 

Hal ini telah memungkinkan mereka untuk lebih mudah melakukan kekerasan dan kekejaman dan menggambarkan biaya perang yang sebenarnya. Blackwater, Wagner dkk pada akhirnya membuat dunia menjadi tempat yang jauh lebih berbahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement