REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – India dilaporkan akan melarang pabrik-pabrik gula di negaranya melakukan ekspor mulai Oktober mendatang. Hal itu karena minimnya curah hujan telah memengaruhi hasil panen tebu di sana. Jika diterapkan, larangan ekspor gula bakal menjadi yang pertama dalam tujuh tahun.
“Fokus utama kami adalah memenuhi kebutuhan gula lokal dan memproduksi etanol dari kelebihan tebu. Untuk musim mendatang, kami tidak akan memiliki cukup gula untuk dialokasikan pada kuota ekspor,” ujar seorang sumber pemerintah, dikutip Reuters, Kamis (24/8/2023).
Sementara itu seorang sumber pemerintah India lainnya mengungkapkan, inflasi pangan telah memicu kekhawatiran. “Kenaikan harga gula baru-baru ini menghilangkan segala kemungkinan ekspor,” katanya.
Inflasi ritel di India melonjak ke level tertinggi dalam 15 bulan sebesar 7,44 persen pada Juli lalu. Inflasi pangan meningkat menjadi 11,5 persen atau yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Harga gula lokal melambung pekan ini ke level tertinggi dalam hampir dua tahun. Hal itu mendorong pemerintah mengizinkan pabrik gula menjual tambahan 200 ribu ton pada Agustus.
India mengizinkan pabrik gula mengekspor hanya 6,1 juta ton gula selama musim berjalan hingga 30 September. Pemerintah membiarkan mereka menjual 11,1 juta ton gula pada musim lalu. “Kami telah mengizinkan pabrik untuk mengekspor gula dalam jumlah besar selama dua tahun terakhir. Tapi, kita juga harus memastikan pasokan yang cukup dan harga yang stabil,” kata sumber Pemerintah India lainnya saat mengomentari tentang kemungkinan larangan ekspor gula.
Menurut seorang pejabat industri, hujan yang tidak merata akan mengurangi produksi gula India pada musim 2023/24, bahkan mengurangi penanaman pada musim 2024/25. Menurut data badan cuaca India, intensitas hujan di distrik-distrik penghasil tebu terbesar di negara bagian Maharashtra dan Karnataka, berada 50 persen di bawah rata-rata sepanjang tahun ini. Kedua negara bagian itu menyumbang lebih dari separuh total produksi gula India. Produksi gula India bisa turun 3,3 persen menjadi 31,7 juta ton pada musim 2023/24.
Bulan lalu India telah mengambil keputusan yang mengejutkan dengan memberlakukan larangan ekspor beras putih non-basmati. Beras jenis tersebut menyumbang sekitar seperempat dari seluruh ekspor beras India. Beras non-basmati utamanya diekspor ke negara-negara Asia dan Afrika. India diketahui merupakan pengekspor beras terbesar di dunia. Ia berkontribusi pada lebih dari 40 persen pengiriman global.
Absennya India dari pasar dunia kemungkinan besar akan meningkatkan harga-harga acuan di New York dan London yang sudah berada pada kisaran harga tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu memicu kekhawatiran akan inflasi lebih lanjut di pasar pangan global.