Ahad 27 Aug 2023 03:10 WIB

Penduduk Fukushima Waspada usai PLTN Alirkan Air Limbah Radioaktif

Pelepasan limbah ditentang oleh kelompok nelayan dan dikritik oleh negara tetangga.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, terlihat dari dekat pelabuhan perikanan Ukedo di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023).
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, terlihat dari dekat pelabuhan perikanan Ukedo di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, IWAKI -- Harga pelelangan ikan di pelabuhan selatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi beragam. Ketidakpastian muncul karena menunggu tanggapan konsumen atas makanan laut usai pelepasan air limbah radioaktif yang telah diolah dan diencerkan ke laut.

Pembangkit listrik yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami pada 2011 mulai mengirimkan air olahan ke Pasifik pada Kamis (24/8/2023). Tindakan itu tetap dilakukan meski ada protes di dalam negeri dan di negara-negara terdekat.

Baca Juga

Perantara di pelabuhan perikanan Numanouchi Hideaki Igari mengatakan, harga ikan flounder berukuran besar yang merupakan ikan khas Fukushima yang dikenal dengan nama Joban-mono ini lebih rendah 10 persen pada lelang Jumat (25/8/2023) pagi. Lelang itu merupakan lelang pertama sejak pelepasan air dimulai. Harga beberapa ikan flounder ukuran rata-rata naik, tapi mungkin karena terbatasnya tangkapan, sedangkan lainnya terjatuh.

Reaksi pasar relatif tenang terhadap pelepasan limbah. "Kita masih harus melihat bagaimana kelanjutannya minggu depan," ujar Igari.

Pelepasan ini telah ditentang keras oleh kelompok nelayan dan dikritik oleh negara-negara tetangga. Cina segera melarang impor makanan laut dari Jepang sebagai tanggapannya, sehingga menambah kekhawatiran di komunitas perikanan dan bisnis terkait.

Sedangkan di Seoul, Korea Selatan, ribuan warga turun ke jalan pada Sabtu (26/8/2023). Mereka mengutuk pembuangan air limbah dan mengkritik pemerintah Korea Selatan karena mendukung rencana tersebut. Para pengunjuk rasa meminta Jepang untuk menyimpan air radioaktif di dalam tangki daripada membuangnya ke Samudera Pasifik.

Sebuah pusat pengujian radiasi di Jepang mengatakan, tengah menerima pertanyaan dan memperkirakan akan lebih banyak orang yang membawa makanan, air, dan sampel lainnya. Data radiasi kini menjadi barometer utama mengenai apa yang boleh dimakan.

Kelompok nelayan Jepang khawatir pelepasan ini akan berdampak lebih buruk terhadap reputasi makanan laut dari kawasan Fukushima. Mereka masih berupaya memperbaiki kerusakan usahanya akibat krisis PLTN pasca gempa dan tsunami.

photo
Orang-orang melakukan protes membawa spanduk bertuliskan bertuliskan: Menolak pembuangan Limbah air radioaktif yang telah diolah ke laut di pantai menuju pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023). - (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Pemerintah Jepang dan operator PLTN Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) mengatakan, air tersebut harus dibuang agar fasilitas tersebut dapat dinonaktifkan. Pelesana itu juga untuk mencegah kebocoran air yang tidak diolah secara tidak sengaja. Sebagian besar air yang disimpan dalam tangki masih mengandung bahan radioaktif melebihi tingkat yang dapat dilepaskan.

Sebagian air limbah di pabrik....

 

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement