Selasa 12 Sep 2023 05:35 WIB

Islamofobia Selalu Menguat dan Lebih Ganas Jelang Pilpres AS

Islamofobia menguat dan menjadi lebih ganas jelang Pilpres AS

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Presiden AS, Joe Biden. Setelah 22 tahun tragedi 9/11 fenomena Islamofobia di AS selalu menguat terutama jelang Pilpres AS
Foto:

"Percaya atau tidak, kita melihat gelombang Islamofobia yang lebih ganas dan lebih kuat daripada yang kita lihat setelah peristiwa 9/11," lanjut Ayloush. 

"Trump meluncurkan kampanye yang menimbulkan rasa takut terhadap Muslim dan ketakutan terhadap Islam dan menghidupkan kembali Muslim sebagai ancaman. Saat itulah kami mulai melihat tindakan-tindakan baru Islamofobia termasuk perundungan di sekolah, diskriminasi terhadap Muslim, dan penargetan masjid dengan vandalisme dan ujaran kebencian yang cakupannya jauh lebih besar daripada yang kami lihat setelah peristiwa 9/11."

Ayloush mengatakan bahwa jenis Islamofobia ekstrem seperti itu sangat menonjol saat ini. Sayangnya, angka-angka tersebut kembali meningkat. 

"Kita menyaksikan kebangkitan Islamofobia. Namun, lebih banyak orang yang melaporkan kasus-kasus diskriminasi ini dibandingkan dengan yang terjadi setelah peristiwa 9/11," katanya. "Islamofobia masih ada, tetapi kita menghadapinya pada tingkat yang lebih besar melalui isu-isu kebijakan."

Louise Cainkar, seorang profesor sosiologi di Marquette University di Milwaukee, Wisconsin yang mengkhususkan diri dalam Studi Arab dan Muslim Amerika percaya bahwa pandangan anti-Muslim didorong oleh kebijakan luar negeri dan perang Amerika Serikat, terlepas dari siapa pun yang menjadi presidennya.

"Stereotip ini dimainkan untuk mendorong dukungan rakyat bagi mereka. Mereka juga dirangsang untuk mendukung pemerintah AS dalam mendukung, atau tidak mengutuk, tindakan sekutu (seperti Israel atau Prancis) yang dianggap terlibat dalam tindakan anti-Arab dan/atau anti-Muslim," kata Cainkar.

Oleh karena itu, menurut dia, selama AS terlibat dalam kekerasan di beberapa bagian dunia mayoritas Muslim atau mendukung sekutu yang melakukan kekerasan, stereotip tersebut akan tetap ada... 9/11 tidak menyebabkannya, jadi jarak dari 9/11 saja tidak akan menghilangkannya.

Cainkar menjelaskan bahwa langkah-langkah penting telah diambil selama lebih dari 20 tahun terakhir untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang komunitas Muslim AS. "Umat Muslim telah membangun organisasi dan melakukan pekerjaan yang baik dalam membangun solidaritas," katanya. 

Organisasi-organisasi tersebut terdiri dari berbagai kelompok agama, organisasi BIPOC (Black, Indigenous and People of Color), dan kelompok-kelompok masyarakat. Jadi menurut saya, umat Islam telah berada di garis depan dalam menghasilkan perubahan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement