REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Negosiasi Armenia-Azerbaijan putaran pertama menghasilkan catatan "konstruktif dan positif" pada Kamis (21/9/2023) sore, menurut pernyataan resmi yang dikeluarkan di Baku.
Pertemuan itu diadakan di kota Yevlakh, 265 km sebelah barat Baku, dalam suasana konstruktif dan positif, ketika kedua pihak membahas isu reintegrasi populasi Armenia di Karabakh ke dalam masyarakat Azerbaijan, menurut pernyataan yang dikeluarkan administrasi kepresidenan Azerbaijan.
Perwakilan penduduk Armenia di wilayah Karabakh di Azerbaijan meminta bantuan kemanusiaan, terutama bahan bakar dan makanan, sebut pernyataan itu.
"Atas permintaan perwakilan masyarakat Armenia, direncanakan untuk memastikan pasokan bahan bakar untuk sistem pemanas bagi taman kanak-kanak dan sekolah-sekolah, juga layanan medis darurat serta pemadam kebakaran, dan menyediakan bantuan kemanusiaan di masa yang akan datang," kata pernyataan itu.
Kedua pihak sepakat untuk mengadakan pertemuan selanjutnya dalam waktu dekat. Pihak Azerbaijan diwakili oleh Ramin Mammadov, utusan kontak dengan penduduk Armenia di Karabakh, wakil perwakilan khusus Bashir Hajiyev, dan Ilkin Sultanov.
Sementara pihak Armenia dipimpin oleh Sergey Martirosyan dan David Melkumyan. Perwakilan dari kontingen perdamaian Rusia juga hadir dalam pertemuan tersebut.
Azerbaijan pada Rabu menghentikan tindakan melawan terorisme, sehari setelah mereka meluncurkan untuk perlucutan pasukan Armenia di Karabakh, dan menegakkan perjanjian perdamaian trilateral pada 2020.
Hubungan antara Azerbaijan dan Armenia menegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh, sebuah wilayah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, serta tujuh wilayah lainnya yang berdekatan.
Pada 2020, Azerbaijan membebaskan beberapa kota, desa, dan permukiman dari pendudukan Armenia dalam pertempuran 44 hari. Perang diakhiri oleh gencatan senjata yang dimediasi Rusia, dan pembicaraan mengenai normalisasi hubungan pun dimulai.