Kamis 09 Nov 2023 09:14 WIB
Sebulan Genosida Gaza

Umat Kristen Senasib Sepenanggungan dengan Muslim di Gaza

Umat Kristen membuktikan semangat solidaritas dengan muslim Gaza.

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Orang-orang berdiri di dekat reruntuhan Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius setelah serangan udara semalam di Gaza, (20/10/ 2023).
Foto:

Hidup di bawah pengepungan Israel, umat Kristen di Gaza membuktikan semangat solidaritas dengan muslim Gaza. Keduanya bersatu dalam perjuangan untuk bertahan hidup dan impian bersama akan kebebasan dan kemerdekaan.

"Kita semua adalah orang Palestina. Kami tinggal di kota yang sama, dengan penderitaan yang sama. Kita semua berada di bawah pengepungan dan kita semua sama," kata Ayyad. 

Secara umum, komunitas Kristen selalu memainkan peran penting dalam kehidupan Palestina, menghasilkan tokoh-tokoh seperti Issa El-Issa, pendiri surat kabar yang sangat berpengaruh di Jaffa. Falastin, pendorong utama nasionalisme Arab Palestina selama masa Mandat Inggris, dan Edward Said, yang membeberkan rasa puas diri Barat terhadap Timur dalam bukunya yang sangat penting, Orientalism.

Di Gaza, warga Kristen memang berasal dari komunitas kecil, namun mereka memainkan peran yang sama besarnya, dalam menyuarakan kemerdekaan dan kemandirian Palestina. "Mereka cenderung sangat terdidik, dengan kehadiran yang kuat di dunia bisnis dan sektor sukarela," kata Salfiti.

Baca juga : Pasukan Israel Tembus Jantung Kota Gaza

YMCA, misalnya, yang menawarkan kegiatan olahraga, seni, pendidikan dan kesejahteraan bagi warga Palestina di Gaza dari semua agama, dikelola oleh orang Kristen. Rumah Sakit Arab Al-Ahli, yang hancur akibat serangan udara Israel bulan lalu, yang menewaskan ratusan orang, dimiliki dan dioperasikan oleh umat Kristen.

Terputus dari dunia di bawah blokade yang dipimpin Israel, komunitas ini terkadang merasa rentan. Pada tahun 2007, mereka diguncang oleh pembunuhan Rami Ayyad, manajer Toko Buku Guru, sebuah toko yang dikelola oleh umat Kristen Baptis di kawasan tersebut yang juga dibom oleh Israel beberapa bulan sebelumnya. 

Israel tidak mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, namun dunia justru mengutuk Hamas sebagai pelakunya. Umat Kristen tidak percaya begitu saja, dengan mengatakan bahwa mereka "tidak akan membiarkan siapa pun menyabotase" hubungan Muslim-Kristen.

Sama seperti umat Islam yang tidak diizinkan untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, umat Kristen juga tidak dapat mengunjungi tempat-tempat suci seperti Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem, yang dihormati sebagai tempat kelahiran Yesus. Kedua komunitas ini terputus dari anggota keluarga mereka di Tepi Barat. 

Bagaimana situasi saat ini bagi umat Kristen di Gaza?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement