Jumat 01 Dec 2023 13:11 WIB

10 Konflik Berdarah Warisan Henry Kissinger, Timor Leste Termasuk

Semasa menjadi menlu AS Henry Kissinger memicu banyak konflik di dunia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
FILE -  Mantan menteri luar negeri AS Henry Kissinger.
Foto:

Timor Timur

Pada 1975, Kissinger memberi lampu hijau kepada Presiden Suharto untuk melakukan invasi Indonesia ke Timor Timur, bekas jajahan Portugis yang sedang menuju kemerdekaan. Saat berkunjung ke Jakarta, Kissinger dan Ford mengatakan kepada Soeharto, bahwa mereka memahami alasannya.

Mereka juga menasihati mantan pemimpin Indonesia ini untuk segera menyelesaikan masalah tersebut. Keesokan harinya, Soeharto bergerak dengan pasukannya yang dipersenjatai AS, membunuh 200 ribu warga Timor Timur.

Israel

Perang Oktober 1973 pecah ketika koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah menyerang Israel. Kissinger kemudian memimpin tanggapan pemerintahan Nixon.

Kissinger menentang upaya Pentagon untuk menunda pengiriman senjata ke Israel, dengan terburu-buru menjual senjata yang membantu tentara Israel membalikkan kerugian awal dan mencapai jarak 100 km dari Kairo. Gencatan senjata pun menyusul.

Diplomasi ulang-aliknya antara Mesir, negara-negara Arab lainnya, dan Israel sering dianggap membuka jalan bagi penandatanganan Perjanjian Camp David pada 1978. Saat itu, Kissinger sudah tidak lagi menjabat, tetapi pada 1981, dia menjelaskan, bahwa inti permasalahannya di Timur Tengah adalah sebuah tujuan kebijakan yang sederhana untuk mengisolasi rakyat Palestina dari tetangga dan teman-teman Arab mereka.

Argentina

Tidak lagi menjabat setelah Jimmy Carter menggantikan Ford sebagai presiden pada 1976, Kissinger terus mendukung pembunuhan. Dia memberikan persetujuannya kepada militer neo-fasis Argentina, yang telah menggulingkan pemerintahan Presiden Isabel Peron pada tahun yang sama.

Pemerintah militer mengobarkan perang kotor melawan kelompok sayap kiri, mencap para pembangkang sebagai teroris. Saat berkunjung ke Argentina pada 1978, Kissinger menyanjung diktator Jorge Rafael Videla, memuji upayanya dalam memerangi terorisme. Videla menyebabkan hilangnya hingga 30 ribu orang dengan sekitar 10 ribu orang meninggal selama pemerintahan militer, yang berlangsung hingga 1983.

Afrika Selatan

Selama sebagian besar masa jabatan Kissinger di pemerintahan Nixon dan Ford, dia tampaknya tidak terlalu memikirkan Afrika. Namun pada  1976, ketika masa jabatannya hampir berakhir, dia mengunjungi Afrika Selatan.

Kissinger memberikan legitimasi politik kepada pemerintahan apartheid tidak lama setelah pemberontakan Soweto. Peristiwa ini menyebabkan anak-anak sekolah kulit hitam dan warga lainnya ditembak mati oleh polisi.

Kissinger dikabarkan memaksa Perdana Menteri Rhodesia Ian Smith untuk menerima pemerintahan mayoritas orang kulit hitam. Namun dia tetap dekat dengan pemerintah apartheid Afrika Selatan dalam mendukung pemberontak Unita yang memerangi Gerakan Rakyat Marxis-Leninis untuk Pembebasan Angola. Perang tersebut berlangsung selama 27 tahun, salah satu perang terpanjang dan paling brutal dalam satu abad terakhir.

Cina

Kissinger sering dipuji karena menjadi perantara ketegangan AS-Cina. Setelah kunjungan pertamanya ke Beijing pada 1972, dia membantu membangun kembali hubungan diplomatik pada 1979.

Presiden Cina Xi Jinping menggambarkannya sebagai teman lama. Namun, para pengunjuk rasa yang berkemah di Lapangan Tiananmen pada 1989 mengingatnya dengan cara berbeda.

Segera setelah pembantaian yang menewaskan antara beberapa ratus hingga beberapa ribu orang, Kissinger memberikan gambaran sekilas tentang politik sesungguhnya yang dingin dan keras yang menjadi ciri pendekatannya terhadap diplomasi. Tindakan keras tersebut diakuinya tidak bisa dihindari.

“Tidak ada pemerintahan di dunia yang akan menoleransi alun-alun utama ibu kotanya diduduki selama delapan minggu oleh puluhan ribu demonstran,” kata Kissinger menyatakan Cina membutuhkan AS, dan AS membutuhkan Cina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement