Senin 04 Dec 2023 17:39 WIB

Hamas: Joe Biden dan Pemerintahannya Terlibat Pembersihan Etnis di Gaza

Israel mengintensifkan serangan dan pengeboman ke wilayah selatan Gaza.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden AS, Joe Biden.
Foto: AP Photo/Stephanie Scarbrough
Presiden AS, Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kelompok Hamas mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan pemerintahannya ikut bertanggung jawab atas pembantaian yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Hal itu disampaikan ketika Israel mengintensifkan serangan dan pengeboman ke wilayah selatan Gaza yang menjadi tempat penduduk sipil mengungsi.

“Pemerintahan Amerika, presidennya (Biden), menteri luar negerinya, (Antony) Blinken, terlibat dalam pertumpahan darah warga Palestina (dan) pembantaian Israel (serta) kejahatan pembersihan etnis dan genosida. Mereka akan membayar harga atas kejahatan mereka,” ujar anggota Politbiro Hamas Osama Hamdan dalam konferensi pers di Beirut, Lebanon, Ahad (3/12/2023), dikutip Fars News Agency.

Baca Juga

Kendati demikian, Hamdan mengapresiasi sebagian warga AS yang telah menyuarakan penolakan dan penentangan atas agresi Israel ke Gaza. “Kami menyerukan kepada setiap orang bebas di AS, yang menolak kejahatan pendudukan (Israel), untuk tak memilih Biden dan kandidat partainya di semua negara bagian, dan setiap kandidat yang mendukung pembantaian Zionis terhadap rakyat Palestina,” ucapnya.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menerima panggilan telepon dari Wakil Presiden AS Kamala Harris. Perkembangan situasi di Gaza menjadi salah satu topik yang mereka bahas. “Presiden Abbas menekankan perlunya segera menghentikan agresi di Jalur Gaza dan menyelamatkan warga sipil dari siksaan pengeboman,” tulis kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya, Senin (4/12/2023).

Kepada Harris, Abbas turut menekankan pentingnya meningkatkan pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk suplai listrik, air, serta bahan bakar. Abbas juga menegaskan bahwa Gaza adalah bagian integral dari Palestina. Oleh sebab itu dia menolak rencana Israel untuk memisahkan, menduduki, memutus, atau mengisolasi bagian mana pun dari Jalur Gaza. “Kami tidak akan meninggalkan rakyat kami di Jalur Gaza,” ujar Abbas.

Saat ini Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memperluas pertempurannya di Jalur Gaza. Sebelumnya IDF hanya memfokuskan konfrontasi dengan Hamas di wilayah utara Gaza. Oleh sebab itu penduduk sipil diperintahkan mengungsi ke selatan. Namun kini IDF pun melancarkan kampanye serangan, baik udara maupun darat, ke selatan Gaza.

Pada Ahad kemarin, militer Israel meluncurkan kampanye pengeboman ke segenap wilayah Gaza. Jet tempur serta artileri Israel turut melancarkan serangan intens ke Khan Younis dan Rafah yang berada di wilayah selatan Gaza. Jumlah korban jiwa dan luka di Gaza pun terus melambung.

“Selama beberapa jam terakhir, hanya 316 orang tewas dan 664 orang terluka yang berhasil diangkat dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit, namun banyak lainnya yang masih berada di bawah reruntuhan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf al-Qudra.

Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, hingga Ahad kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel sudah mencapai 15.523 jiwa. Sementara korban luka menembus 41.316 orang. Angka tersebut dihitung sejak dimulainya agresi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement