Ahad 17 Mar 2024 04:34 WIB

Sekjen PBB: Dunia Dilanda Wabah Islamofobia

Guterres mengatakan kontribusi umat Islam tak terhitung di setiap bidang.

Rep: Lintar Satria / Red: Gita Amanda
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres peringatkan adanya gelombang kebencian pada muslim dan Islam di seluruh dunia atau Islamofobia. (Ilustrasi)
Foto:

Guterres mengatakan beberapa pihak secara memalukan mengeksploitasi kebencian anti-Muslim dan kebijakan pengucilan untuk keuntungan politik. "Kita harus menyebutnya apa adanya. Kebencian. Jelas dan sederhana," kata Guterres.  

Dan para penyebar ujaran kebencian menyalahgunakan megafon paling kuat dalam sejarah untuk memperkuat dan menyebarkan ideologi tercela mereka yakni media sosial. Guterres mengatakan platform online menjadi tempat berkembang biak bagi ideologi ekstremis dan pelecehan. Hal ini tidak hanya memperdalam perpecahan tapi juga memicu kekerasan di kehidupan nyata.

Sayangnya, tambah Gutteres, tren yang mengkhawatirkan ini merupakan bagian dari pola yang lebih luas dari ideologi supremasi dan serangan terhadap orang Yahudi, komunitas Kristen minoritas, dan banyak lagi. Kebencian terhadap satu kelompok memicu kebencian terhadap kelompok lain.

Ia mengatakan kebencian menghancurkan tatanan masyarakat dan merusak kesetaraan, pemahaman, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang menjadi dasar bagi masa depan yang damai. "Kita tidak bisa berdiam diri sementara kebencian dan kefanatikan merajalela. Peristiwa hari ini mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk menghadapi dan membasmi kefanatikan anti-Muslim," kata Guterres.  

Ia mengatakan pemimpin politik harus memimpin, dan memupuk kohesi sosial, bukan rasa takut. Pemerintah harus mengutuk wacana yang menghasut dan menjaga kebebasan beragama khususnya bagi kaum minoritas. "Dan saya berterima kasih kepada para pemimpin agama yang bekerja sama untuk mempromosikan dialog antar agama," katanya.

Sekjen PBB itu juga mengatakan platform digital harus memoderasi dan mencegah penyebaran konten kebencian, sekaligus melindungi pengguna dari pelecehan. Kecerdasan buatan harus mengurangi bias dan stereotip, bukan mereproduksi dan memperkuatnya.  

"Dan kita semua harus melakukan bagian kita untuk meruntuhkan tembok-tembok intoleransi dan perpecahan. Di kota-kota besar, kecil, dan desa. Di sekolah, di jalan, dan di dunia maya. Di mana saja dan kapan saja," katanya.  

"Mari kita semua berjanji untuk menentang kefanatikan anti-Muslim, di mana pun kita melihat atau mendengarnya," tambahnya.  

Ia mengingatkan umat Islam berasal dari berbagai negara, budaya dan lapisan masyarakat. Mereka mewakili keanekaragaman yang luar biasa dari keluarga manusia. "Saat kita bersatu di Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia ini, marilah kita memperbaharui komitmen kita untuk menegakkan prinsip-prinsip kesetaraan, martabat, hak asasi manusia, dan rasa hormat," kata Guterres. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement