Senin 18 Mar 2024 03:50 WIB

Maduro Kembali Maju dalam Pemilihan Presiden Venezuela

Jajak pendapat menunjukkan 13,9 persen warga Venezuela berencana memilih Maduro.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Presiden Venezuela Maduro menunjukkan jari kemenangan setelah bertemu Alex Saab di istana kepresidenan Miraflores di Caracas, Venezuela, Rabu, (20/12/2023).
Foto: AP Photo/Matias Delacroix
Presiden Venezuela Maduro menunjukkan jari kemenangan setelah bertemu Alex Saab di istana kepresidenan Miraflores di Caracas, Venezuela, Rabu, (20/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Partai Sosialis Venezuela yang berkuasa mengatakan Presiden Nicolas Maduro kembali maju untuk masa jabatan kedua pada pemilihan umum yang dijadwalkan digelar pada 28 Juli mendatang. Jika terpilih Maduro akan kembali menjabat enam tahun lagi.

Maduro, mantan ketua serikat buruh berusia 61 tahun itu diproklamasikan sebagai kandidat presiden dari Partai Sosialis oleh Wakil Presiden Diosdado Cabello. Ia berpidato di hadapan pendukungnya di venue olahraga besar.

Baca Juga

"Hanya ada satu hasil, kemenangan rakyat pada 28 Juli, mereka belum berhasil menghentikan kami dan mereka tidak akan bisa melakukannya," kata Maduro memakai jaket berwarna merah, Sabtu (16/3/2024).

Jajak pendapat menunjukkan 13,9 persen warga Venezuela berencana memilih Maduro. Ia berada di posisi kedua jauh di belakang kandidat oposisi Maria Corina Machado yang mendapatkan 54,5 persen dukungan.  

Meski Machado memenangkan pemilihan primer partai oposisi pada Oktober lalu, belum diketahui apakah namanya akan ada di surat suara setelah pengadilan tinggi Venezuela melarangnya untuk menduduki jabatan publik. Para kandidat sudah harus mengajukan pendaftar pada 25 Maret dan belum diketahui apakah oposisi akan mengajukan nama baru untuk menggantikan Machado yang ditekan menunjuk penggantinya.

Amerika Serikat (AS) menarik sebagian sanksi ke pemerintah Venezuela pada akhir 2023 karena kesepakatan pemerintah dengan oposisi mengenai pemilihan umum. Namun pemulihan hubungan tersebut berakhir dengan penangkapan tokoh-tokoh oposisi dan keputusan pengadilan terhadap Machado.

AS berjanji untuk menerapkan kembali sanksi-sanksi minyak pada pertengahan April mendatang. Sumber partai berkuasa mengatakan perubahan kebijakan mungkin disebabkan melemahnya dukungan pada Maduro. Venezuela mengalami hiperinflasi dan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Maduro berkuasa pada 2013 lalu usai kematian Hugo Chavez.

Negara ini mengalami gelombang protes yang terputus-putus terhadap partai yang berkuasa dan Maduro, terutama antara 2014 dan 2017. Puluhan orang tewas dan ditangkap dalam unjuk rasa-unjuk rasa itu. Partai-partai oposisi utama memboikot pemilihan presiden 2018 dan bersama dengan AS dan pihak-pihak lain, menolak mengakui kemenangan Maduro. Maduro meraih kemenangan 1,5 persen pada pemilu 2013 yang menurut kandidat oposisi saat itu juga dicurangi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement