REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengecam penahanan koresponden Aljazirah bahasa Arab Ismail al-Ghoul dan timnya yang dilakukan tentara Israel di Rumah Sakit al-Shifa di Gaza. CEO CPJ Jodie Ginsberg mengatakan jurnalis memainkan peran penting dalam perang.
"Mereka merupakan mata dan telinga yang kami butuhkan untuk mendokumentasikan apa yang terjadi dan setiap jurnalis yang tewas, setiap jurnalis yang ditangkap, kemampuan kita memahami memahami apa yang terjadi di Gaza berkurang dengan signifikan," kata Ginsberg seperti dikutip Aljazirah, Senin (18/3/2024).
"Ini merupakan konflik terburuk bagi jurnalis yang pernah terjadi di Komite Perlindungan Jurnalis dokumentasikan, dan situasinya semakin buruk," tambahnya. Ia menambahkan serangan ke mobil dan peralatan media di Rumah Sakit al-Shifa "tampaknya disengaja untuk mencegah serangan ke rumah sakit didokumentasikan" dan "Israel memiliki sejarah mengincar fasilitas media."
Wakil Direktur International Press Institute (IPI) Scott Griffen mengatakan organisasinya "sangat prihatin" dengan laporan al-Ghoul dipukuli dan ditahan pasukan Israel di dalam Rumah Sakit al-Shifa. Penahanan Al-Ghoul, katanya, "menunjukkan risiko yang dihadapi semua jurnalis" di Gaza, karena Israel membunuh "banyak" jurnalis selama perang dan "hampir tidak ada pertanggungjawaban".
"Hal ini tidak hanya mengancam nyawa para jurnalis yang berada di lapangan untuk menyampaikan berita, tapi juga menghalangi para pembaca di seluruh dunia untuk mengakses kebenaran," kata Griffen.
CPJ mencatat hingga hari ini setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media yang sebagian besar warga Palestina terbunuh sejak Israel menyerang Gaza bulan Oktober lalu. Jaringan Media Aljazirah mengeluarkan pernyataan mengenai pemukulan dan penangkapan al-Ghoul yang sedang meliput di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza.
Dalam pernyataannya, Aljazirah melaporkan pasukan penjajah Israel menyerang wartawan yang sedang menjalani tugasnya. Setelah diserang ia ditangkap dan kendaraan penyiaraan, kamera dan peralatan lainnya dihancurkan. Jaringan Media Aljazirah meminta korespondennya dan jurnalis lainnya segera dibebaskan dan menuntut pertanggung jawab penuh pasukan Israel atas keselamatan mereka.
Ismail al-Ghoul ditangkap bersama sejumlah wartawan lain yang sedang meliput serangan pasukan Israel ke Rumah Sakit al-Shifa. Menurut saksi mata, Ismail dipukuli habis-habisan dan dibawa ke sebuah lokasi yang tidak diketahui.
Aljazirah menekankan penargetan ini merupakan taktik intimidasi terhadap para jurnalis untuk mencegah mereka melaporkan kejahatan mengerikan yang dilakukan tentara penjajah terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza. Penargetan Ismail al-Ghoul merupakan bagian dari serangkaian serangan sistematis terhadap Aljazirah yang dilakukan penjajah Israel termasuk pembunuhan terhadap Shireen Abu Akleh, Samer Abudaqa, dan Hamza al-Dahdouh.
Jaringan media itu menambahkan kantor mereka di Gaza juga dibom dan sejumlah wartawan dan keluarganya sengaja menjadi target serangan. "Aljazirah mengutuk kejahatan yang terus dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap para jurnalis dan profesional media di Gaza dan kembali menyerukan untuk segera menghentikan serangan-serangan yang mengerikan ini," kata Aljazirah dalam pernyataannya.