REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pekan lalu, Pentagon menyatakan bahwa Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, akan menjamu rekannya Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant dalam waktu dekat. "Pada Selasa (26/3/2024), Menteri Austin akan menyambut Gallant disini di Pentagon untuk pertemuan bilateral melanjutkan pembahasan berbagai topik, termasuk upaya untuk menjamin pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas," ujar juru bicara, Sabrina Singh kepada wartawan.
"Selain sandera, pertemuan itu juga membahas perlunya lebih banyak bantuan kemanusiaan sampai kepada warga sipil Palestina, dan rencana untuk menjamin keselamatan lebih dari satu juta orang yang berlindung di Rafah, sekaligus memastikan Hamas tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel," lanjut Singh.
Pertemuan ini terpisah dari yang diumumkan oleh Gedung Putih menyusul percakapan telepon antara Presiden AS Joe Biden dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mana Netanyahu setuju untuk mengirimkan sebuah tim antarlembaga senior yang terdiri dari pejabat intelijen militer dan kemanusiaan ke Washington, kata Singh.
Austin telah secara teratur berhubungan dengan mitra dan sekutunya baik melalui sambungan telepon maupun bertemu langsung. "Ini adalah pertemuan yang telah direncanakan beberapa pekan yang lalu."
“Saya pikir ini adalah kesempatan lain untuk membahas kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan mengalir ke Gaza. Hal ini tentu saja membuat Menteri terkesan terhadap Menteri Gallant, tidak hanya dalam panggilan kemarin, tapi dalam setiap panggilan telepon yang dia lakukan,” kata Singh. Mereka juga akan membahas apa yang terjadi di wilayah itu dan Rafah, lanjutnya.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober yang dipimpin oleh Hamas yang menewaskan hampir 1.200 warga Israel.
Hampir 32 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan hampir 74.200 orang terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok. Perang Israel, yang kini memasuki hari ke-167, telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang pada Januari lalu mengeluarkan putusan sela untuk memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan yang menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.