Sementara itu, pakar Timur Tengah di lembaga think-tank Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat, Elliott Abrams, mengatakan ia yakin Iran tidak ingin menggelar perang skala penuh untuk membalas serangan Israel ke kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah. Namun, ada kemungkinan Iran akan menyerang kepentingan-kepentingan Israel.
"Saya pikir saat ini Iran tidak ingin perang skala besar Israel-Hizbullah, jadi responsnya tidak akan dalam bentuk aksi besar Hizbullah," kata Abrams merujuk kelompok yang menguasai banyak wilayah di Lebanon dan proksi militer terkuat Iran, Rabu (3/4/2024).
"Mereka memiliki banyak cara untuk merespons, contohnya mencoba meledakan kedutaan besar Israel," ujarnya.
Selain menyerang kepentingan Israel di luar negeri Iran juga dapat membalas serangan ke kantor konsulatnya di Suriah dengan mempercepat program nuklirnya. Sejak mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik AS dari perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2018 lalu, Iran sudah kembali mempercepat kemajuan program nuklirnya.