Kamis 04 Apr 2024 21:26 WIB

Populasi Eropa Diprediksi akan Berubah dalam Beberapa Dekade ke Depan

Eropa tengah mengalami penurunan angka kelahiran yang cukup drastis.

Rep: Lintar Satria / Red: Friska Yolandha
Anak-anak yang mengenakan pakaian tradisional menunggu sebelum membawakan lagu selama pertunjukan tradisi Masnytsia, hari libur yang berasal dari zaman pagan, merayakan akhir musim dingin, di Kyiv, Ukraina, Sabtu, 16 Maret 2024.
Foto:

Pakar mengatakan turunnya angka kelahiran disebabkan oleh partisipasi perempuan di tempat kerja dan meningkatnya akses pada kontrasepsi. Menurut beberapa lembaga termasuk PBB semakin banyak perempuan yang bekerja semakin tinggi juga pertumbuhan ekonomi.

"Saat kekayaan negara bertambah, angka kelahiran menurun, seperti datangnya malam setelah siang," kata pakar ekonomi mikro Philip Pilkington di surat kabar Inggris Daily Telegraph pada Januari lalu.

Turunnya angka kelahiran juga berkaitan dengan kemajuan ilmu medis yang artinya keluarga tidak perlu menghasilkan sebanyak mungkin anak untuk memastikan kelangsungan keturunannya. Seperti yang dipercayai banyak masyarakat di abad-abad sebelumnya.

Bila penelitian yang dipublikasikan di The Lancet benar maka Inggris yang angka kesuburannya diprediksi turun dari 1,49 pada tahun 2021 menjadi 1,38 pada tahun 2050 dan 1,3 pada tahun 2100, harus mengandalkan imigran untuk delapan dekade ke depan atau lebih untuk mempertahankan populasinya yang saat ini dibawah 68 juta orang.

Lebih sedikit bayi yang lahir dan kemajuan kedokteran yang memperpanjang umur harapan hidup artinya negara-negara Eropa Barat terancam menghadapi penuaan populasi. Lebih sedikit anak muda yang mengumpulkan kekayaan untuk menyeimbangkan biaya perawatan orang lanjut usia akan menjadi tantangan ekonomi besar untuk beberapa dekade ke depan.

Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet juga memprediksi satu dari dua anak yang lahir pada tahun 2100 akan lahir di sub-Sahara Afrika. Sementara negara-negara pendapatan tinggi akan kesulitan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Pakar mengatakan satu-satunya solusi adalah mengizinkan lebih banyak imigrasi dari negara-negara berpopulasi muda. Lalu apakah Barat harus mengadopsi kebijakan perbatasan terbuka? Para pakar menjawab: "Ya."

"Ketika populasi semua negara menyusut, mengandalkan imigrasi terbuka akan menjadi kebutuhan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi," kata Bhattacharjee.

"Negara-negara sub-sahara Afrika memiliki sumber daya penting yang hilang dari masyarakat lanjut usia: populasi anak muda," tambahnya.

Namun, gagasan mengenai kebijakan “imigrasi terbuka” merupakan kutukan bagi banyak negara demokrasi Barat saat ini. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menjadikan pembatasan imigrasi sebagai prioritas utama pemerintahnya. Ia ingin mengirim pencari suaka ke Rwanda.

 

Presiden Prancis Emmanuel Macron ingin menerapkan....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement