Senin 26 Sep 2016 21:25 WIB

Sofjan Iskandar, Penemu Bibit Unggul Ayam Pedaging Lokal

Sofjan Iskandar, pakar Pakan dan Nutrisi Ternak dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi Bogor peneliti dan pencipta bibit unggul ayam lokal pedaging Sensi (sentul terseleksi) yang menempuh studi master dan PhD di bidang peternakan di Australia.
Foto: abc
Sofjan Iskandar, pakar Pakan dan Nutrisi Ternak dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi Bogor peneliti dan pencipta bibit unggul ayam lokal pedaging Sensi (sentul terseleksi) yang menempuh studi master dan PhD di bidang peternakan di Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat domestikasi ayam di dunia. Diperkirakan ada lebih dari 34 jenis ayam lokal di seluruh Indonesia. Namun derasnya serbuan ayam ras dari luar negeri membuat ayam-ayam asli Indonesia terpinggirkan dan bahkan beberapa sudah ada yang punah.

Pakar unggas lokal yang menimba ilmu peternakan di Australia, Prof. Sofjan Iskandar adalah pakar yang berusaha melestarikan dan meningkatkan pamor ayam asli Indonesia.

Prof. Dr. Ir. Sofjan Iskandar, adalah Peneliti Utama di bidang Pakan dan Nutrisi Ternak dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi Bogor. Profesor Riset ini meraih gelar Master of Rural Science dari University of New England, Armidale, NSW Australia (1982) dan juga gelar PhD di bidang Obat-obatan hewan dan Produksi dari University of Queensland (1989).

Di Indonesia Ia dikenal sebagai pakar unggas lokal yang berusaha melestarikan ayam asli Indonesia ditengah derasnya industri ayam ras.

“Di Indonesia ada 34 rumpun ayam asli nusantara yang berhasil diketahui setelah kita data dan inventarisir, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih besar. Di Jawa barat ada ayam sentul, ayam pelung, di Kalimantan ada ayam nunukan, di Sumatera Selatan ada ayam merawang, di Sulsel ada ayam ketawa dan banyak lagi,” ujarnya kepada Australia Plus di Jakarta.

Sejak lulus S-2 di Australia pada 1984, Prof Sofjan mengatakan dirinya langsung ditugaskan untuk meneliti sumber daya unggas lokal. Ia pun mendatangi berbagai kawasan di Indonesia untuk mendata dan menginventarisir rumpun unggas asli Indonesia terutama ayam di masing-masing kawasan.

“Dalam meneliti ayam lokal selain melihat ciri khas penampilannya saya juga meneliti kekerabatan darah dengan membandingkan DNA dari masing-masing ayam lokal. Semakin jauh jarak kekerabatan darahnya maka semakin khas ayam tersebut,” katanya.

Ayam-ayam lokal yang berhasil didatanya kemudian didaftarkan ke Badan Pangan Dunia (FAO) sebagai sumber daya genetika ternak khas Indonesia yang merupakan bagian dari upaya FAO melestarikan ternak-ternak asli di dunia.

Ayam cemani dan balenggek
Ayam lokal Cemani asal Temanggung, Jawa Tengah (kiri) dan ayam Kokok Balenggek asal Solok Sumatra Barat.

Namun diakui Prof Sofjan Iskandar upaya pelestarian ayam lokal di Indonesia sedikit terlambat. Sejak mulai diperkenalkannya ayam ras dari luar negeri tahun 1960-an, ayam lokal Indonesia seperti terpinggirkan.

Jika ayam ras banyak dibudidayakan dalam skala besar sebagai ayam pedaging atau petelur, ayam lokal kebanyakan hanya dipelihara secara tradisional oleh masyarakat untuk dikonsumsi sendiri atau sebagai hewan peliharaan untuk hobi atau kesenangan.

Karena dibiarkan, menurut Prof Sofjan Iskandar, sebagian ayam lokal di Indonesia ada yang sudah punah. "Kita memang terlambat melakukan pelestarian ayam lokal. Usaha ini baru dilakukan sekitar tahun 2002. Jadi sudah ada yang punah, Kita hanya mendengar ceritanya saja di daerah ini dahulu pernah ada ayam lokal tertentu tapi sekarang sudah tidak ada lagi," ujarnya.

Penyebab punahnya ayam lokal bermacam-macam, karena tidak dipertahankan, habis dipotong atau dikawinkan dengan wangsa atau rumpun ayam lain. “Tapi sekarang kita menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah agar mengeluarkan sumber daya untuk mempertahankan dan melestarikan ayam-ayam lokal di daerah mereka,” katanya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/profil-prof-sofjan-iskandar-pencipta-ras-ayam-lokal-unggulan/7876360
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement