Kamis 19 Jan 2017 13:23 WIB

Benarkah Tablet dan Laptop Bermanfaat Bagi Siswa SD?

Siswa SD Australia menggunakan tablet di kelas.
Foto: ABC
Siswa SD Australia menggunakan tablet di kelas.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Penggunaan teknologi di ruang kelas sekolah dasar (SD) merupakan masalah yang sangat memecah belah di antara para orang tua dan guru di Australia saat ini. Sebenarnya, adakah manfaat yang sudah terbukti dari penggunaan perangkat seperti tablet oleh anak-anak?

Profesor pendidikan di Monash University adalah peneliti terkemuka dalam hal dampak teknologi di sekolah-sekolah. "Teknologi bisa membuat proses belajar lebih menarik dan interaktif, tapi begitu pula seorang guru yang baik dan papan tulis yang bagus," kata Neil Selwyn.

Program bernama Bawa Perangkat Anda Sendiri (BYOD) adalah isu kontroversial di sejumlah sekolah dasar di negara bagian Victoria, dengan banyak orang tua khawatir akan tingginya biaya pembelian perangkat pribadi untuk anak-anak mereka. "Untuk ukuran sekolah dasar, ada perdebatan yang benar-benar penting apakah kami benar-benar menggunakan waktu dengan sebaik mungkin," kata Profesor Selwyn.

"Saya akan mengatakan, perangkat teknologi di kelas artinya lebih banyak pekerjaan, bukannya malah kurang, khususnya untuk kelas dua dan tiga. Seringkali apa yang ingin dicapai guru dan apa yang bisa dicapai siswa bisa dilakukan lebih efisien dengan sedikit pengorbanan tanpa teknologi," jelasnya.

Meski demikian, Profesor Selwyn mengatakan, ada manfaat yang terbukti dari menggunakan perangkat teknologi di ruang kelas, terutama di bidang pembelajaran pribadi dan sesuai kebutuhan. "Ada banyak bukti teknologi bekerja dengan baik, tetapi tidak selalu bekerja dengan baik, dan itulah yang membuatnya sangat menarik dan penting untuk dibicarakan," ujarnya.

Tablet
Profesor Neil percaya program BYOD seringkali mempertegas kesenjangan di dalam kelas. Flickr: Brad Flickinger

Sekolah alami tantangan teknis

Profesor Selwyn percaya, sekolah berjuang dengan teknologi di dalam kelas dari berurusan dengan perangkat teknologi yang berbeda hingga kesulitan dengan kuota internet, semua itu ditangani dengan dukungan teknologi yang sangat terbatas. "Hanya membawa perangkat teknologi ke dalam kelas memastikan setiap anak datang dengan perangkat teknologi yang sudah terisi baterainya dan bisa digunakan adalah perjuangan untuk setiap guru yang bekerja di kelas dengan program BYOD," ujarnya.

Perjelas kesenjangan di kelas

Profesor dari Monash University ini mengatakan, salah satu masalah terbesar di seputar program BYOD adalah mereka cenderung menyoroti kesenjangan yang sudah ada di dalam kelas. "Dengan semua kebutuhan, apakah itu seragam atau buku teks atau peralatan olahraga, akan selalu ada kesenjangan di antara siswa. Bahayanya adalah jika sekolah memastikan bahwa semuanya bekerja lewat perangkat teknologi, maka saya pikir itu sesuatu yang tak boleh kita biarkan terjadi," ujarnya.

Di luar kelas, ada juga isu-isu seputar akses internet yang memadai. "Kami punya siswa yang harus pergi ke McDonald untuk mendapatkan akses wi-fi ketika mereka tidak berada di sekolah, karena mereka tak punya koneksi internet yang baik di rumah," kata Profesor Neil.

Bagaimana tanggung jawab pemerintah?

Walau Profesor Selwyn percaya ada tempat untuk teknologi di dalam kelas, ia mengatakan, pemerintah seharusnya menyediakan perangkat teknologi itu untuk anak-anak demi mencoba menghilangkan kesenjangan. "Pemerintah harus lebih banyak terlibat," ujarnya.

"Saya pikir sekolah perlu lebih banyak masukan dan dukungan, dan sayangnya, kami telah melihat pemerintah di seluruh dunia menarik diri dari pemberian dukungan teknologi di sekolah-sekolah," tuturnya.

Profesor Selwyn telah meneliti sistem sekolah lain di seluruh dunia, di mana teknologi berhasil diintegrasikan ke dalam kelas. "Uruguay punya inisiatif yang sangat menarik di mana pemerintah, pada dasarnya, telah menyediakan perangkat teknologi, aplikasi, perangkat pembelajaran dan pelatihan guru untuk semua sekolah," terangnya.

Ia mengatakan, "Hal itu bisa bekerja di Uruguay karena negara ini cukup kecil, tapi saya pikir, ada tempat bagi pemerintah untuk memberikan dukungan lebih banyak untuk sekolah yang menginginkannya."

Pada akhirnya, Profesor Neil Selwyn mengatakan, ada tempat untuk perangkat teknologi di dalam kelas, namun masalah yang muncul sering melebihi manfaatnya. "Tak ada alasan untuk melarang perangkat teknologi dari kelas sama sekali, hal yang bagus untuk memiliki pilihan itu tetapi itu bukan segalanya dan mengakhiri segalanya," jelas Prof Selwyn.

Diterjemahkan pukul 10:50 AEST 19/1/2017 oleh Nurina Savitri dan simak artikelnya dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/benarkah-tablet-dan-laptop-bermanfaat-bagi-siswa-sd/8192424
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement