Rabu 07 Feb 2018 01:08 WIB

Bayi Nonpribumi tak Pernah Diterima di Korea Utara

Ras amat penting bagi Korea Utara dan hal itu amat dijaga.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
North Koreans dance to celebrate their country's rocket launch in Pyongyang, in this photo taken by Kyodo December 12, 2012.
Foto: Reuters/Kyodo
North Koreans dance to celebrate their country's rocket launch in Pyongyang, in this photo taken by Kyodo December 12, 2012.

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Wanita-wanita yang hamil dari pria non- Korea Utara akan dipaksa mengakhiri hidup anak mereka untuk menjaga kemurnian ras. Kepada LSM HAM Kristen, Open Doors, seorang wanita mantan penghuni penjara Korea Utara, sebut saja Hannah, harus menyaksikan kejadian paling mengerikan dalam hidupnya selama terkurung di negara yang dipimpin Kim Jong-un itu.

Seorang teman satu selnya tengah hamil anak dari seorang pria asal Cina saat Hannah baru masuk ke penjara Korea Utara, demikian dilansir Express.co.uk. Ras amat penting bagi Korea Utara dan hal itu amat dijaga. Memiliki keturunan campuran Korea Utara dengan Cina merupakan kejahatan serius di sana.

Hannah menceritakan, wanita itu melahirkan di dalam penjara. Penjaga penjara meminta wanita itu mengakhiri hidup bayi lelaki yang baru dilahirkannya. Namun, wanita itu menolak.

Penjaga penjara lalu mengancam wanita lain untuk mengakhiri si bayi merah. Penjaga itu menodongkan senjata ke kepala wanita lain itu. ''Karena tak punya pilihan, wanita yang diancam itu akhirnya membunuh si bayi dan kami harus menyaksikan itu semua,'' kata Hannah.

Kisah Hannah bukanlah yang pertama dan satu-satunya di penjara yang berisi orang-orang yang dianggap musuh negara seperti pengkhianat partai, pemberontak, dan penganut Kristen.

Hannah sendiri masuk ke penjara di Korea Utara bersama keluarganya karena ketahuan menganut Kristen, sebuah kejahatan berat di negara dimana hanya Dinasti Kim yang boleh 'disembah'. Mereka sempat dimasukkan dalam sel terpisah tanpa makan dan minum. Lapar dan pukulan adalah hal yang Hannah dan keluarga harus hadapi selama ditahan.

Semula mereka tak mengaku penganut Kristen, setelah diancam keluarga mereka akan dihabisi, baru mereka mengatakan yang sebenarnya. Setelah itu, mereka dimasukkan dalam sel isolasi terpisah.

''Tahanan dalam sel isolasi pasti dipukuli tanpa ampun. Tak ada yang berani melawan karena itu hanya memperburuk keadaan,'' ungkap Hannah.

Hannah sendir nyaris tewas karena dehidrasi dan siksaan tiada henti. Hannah bahkan dipukuli di depan mata anak perempuannya.

Beruntung, Hannah dan keluarganya mendapat amnesti dari direktur penjara. Hannah dan keluarganya tak lagi bertahan di Korea Utara dan pergi ke Cina sebelum akhirnya berhasil masuk ke Korea Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement