Senin 21 May 2018 14:07 WIB

Anwar Ibrahim: Perubahan Ini Bukan Soal Anwar

Reformasi Malaysia itu karena juga ada kaitannya dengan Indonesia

Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) berbincang dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Ahad (20/5).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) berbincang dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selepas keluar penjara, mantan wakil perdana menteri Malaysia Anwar Ibrahim menjadikan Indonesia sebagai tujuan pertama lawatan ke luar negeri. Anwar hadir ke Indonesia untuk memenuhi undangan presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie.

Dalam perjalanan dari Bandara Soekarno- Hatta menuju kediaman BJ Habibie, Anwar menuturkan banyak hal tentang dinamika di balik kemenangan koalisi Pakatan Harapan (PH) yang dipimpinnya dalam pemilu Malaysia, kepada wartawan Republika Irfan Junaidi. Berikut penuturannya.

Apa rencana yang Anda siapkan setelah bebas dari penjara?

Alhamdulillah, sekarang kita sudah dapat menghirup udara bebas, dan rencana saya adalah pertama keliling daerah untuk me ngucapkan terima kasih. Urusan pemerintah diserahkan kepada Pak Mahathir (PM Malaysia Mahathir Mohamad) dan Azizah (Wan Azizah, istri Anwar Ibrahim) yang mengawasi agar agenda reformasi tidak tersasar (melenceng). Jadi, itu yang bagi saya paling penting.

Rakyat mendukung kita karena menginginkan perubahan, bukan penggantian pimpinan semata. Tapi, saya sudah bilang Pak Mahathir, saya enggak cenderung untuk menyertai (ikut serta dalam) kabinet saat ini dan atau jabatan apa pun di pemerintahan. Saya ingin menjadi seorang Anwar, anak Malaysia yang bebas.

Peristiwa politik di Malaysia dalam pemilu kemarin cukup mengejutkan. Apa yang sesungguhnya terjadi?

Kalau kita lihat situasi sejak 2013, ternyata ada kelompok kota dan sekitarnya ada hasrat yang kuat (untuk perubahan), tapi belum mampu menjalar ke daerah dan negeri, atau kalau di sini provinsi. Sebab itu kita mampu mencatat kemenangan 52 persen tapi tak cukup untuk menguasai karena sistem, komisi pemilu, dan sebagainya itu sangat tidak bebas. Sangat memihak penguasa.

Tapi, kemudian perkembang annya baik. Walaupun komisinya begitu, rakyat sudah tahu, lebih terbuka, dan ini peran media sosial yang sangat besar. Sebab, media di kita semuanya 100 persen dikontrol. Saya di penjara memang tidak ada akses langsung terhadap koran atau televisi, tapi di rumah sakit ada. Jadi, selepas saya pembedahan (operasi) bahu, itu ada. Jadi, saya nonton. Kalau tak ikut menyaksikan, nanti naik tekanan darah (Anwar tertawa), walaupun semuanya kami dihantam.

Namun demikian, masyarakat-masyarakat daerah atau yang di pinggiran semuanya sudah terdedah (terjangkau) media sosial, dan itu sangat memengaruhi. Contoh, saat Azizah pasangkan coat (jas) saya, itu yang menyaksikan satu juta orang. Jadi, sangat cepat, seperti juga di sini.

Faktor keberadaan Anda dalam penjara apakah juga ikut menambah rasa simpati masyarakat?

Jadi, dalam kampanye kami, selain harga barang, kesusahan rakyat, dan korupsi, ada pesan bahwa kalau Anwar mesti keluar penjara besok maka kita harus menang. Dan memang appeal Azizah itu kuat tarikannya dengan gaya yang enggak kasar atau gahar seperti saya, ya (tertawa). Gayanya memang seperti ibu. Dia katakan (pemenjaraan Anwar) adalah contoh bahwa kezaliman berlaku, Anwar dinafikan semua haknya. Jadi, kalau mau bebas, hanya bisa terjadi dengan pertukaran pemerintahan.

Satu hal yang juga mengejutkan adalah kehadiran Mahathir di barisan Anda. Bagaimana ini bisa terjadi?

Doktor Mahathir mengunjungi saya di penjara pada saat kasus masih di mahkamah. Di penjara melarang semua pertemuan kecuali dengan kerabat dekat, yakni keluarga, istri, dan anak-anak. Tidak dibenarkan orang lain. Tapi, saat ada kasus mahkamah yang terkait dengan Mahathir, dia datang. Saya kenal kan Mahathir.

Dengan dia dan kedudukan dia, datang dan menemui saya, walaupun dalam pertemuan itu tidak menyebut minta maaf, tapi datang menyatakan bahwa dia bersedia dan memohon supaya ada kerja sama yang baik dan lupakan yang lalu, memang ada kesilapan-kesilapan (kekeliruan) di masa lalu. Saya sebagai manusia Muslim, fa ashlihu baina akhawaikum (berdamailah kamu di antara saudarasaudaramu), jadi saya pun ambil pendekatan yang agak lebih sederhana. Walaupun sebenarnya amat sukar bagi saya, Azizah, dan anak-anak, terutama anak-anak paling sukar menerima. Kemudian, kita susuli dengan wacana pada pimpinan Partai Keadilan, bahwa perubahan ini bukan soal Anwar.

Anwar selalu menekankan, dia boleh memaafkan siapa saja, tapi untuk bekerja sama itu kita ada agenda. Badan kehakiman yang bebas, media yang bebas, dan ekonomi yang menunjukkan kepedulian kepada rakyat dan tidak menekan. Jadi, dia (Mahathir) setuju, kemudian teken deklarasi rakyat, selepas itu dia sekali lagi mengunjungi saya di mahkamah juga.

Itu tahun berapa?

Setahun yang lalu, hampir. Eh, lebih lebih setahun yang lalu. Tapi, pertemuan itu dia bilang, "Anwar, saya prihatin nasib Saudara. Walaupun yang duludulu saya secara pribadi tidak terlibat, saya hanya mendengar, dan mengikut karena terpengaruh." Tapi, kemudian saya jawab, okelah. Let's move on, jangan terhambat karena peristiwa-peristiwa yang lalu, dan lalu kita maju. Dia masuk dengan Pakatan Harapan dan dia ambil saya sebagai ketua umum, dia yang mengurusi, dan Azizah presiden. Dan itu kita terus, alhamdulillah, sampai sekarang.

Selain jiwa seorang Muslim, ada faktor lain yang membuat Anda begitu terbuka menerima Mahathir?

Saya lihat ada pertanda dia sanggup mendengar dan berubah. Pada masa itu dia dicerca di media dan dia sedikit mengalami, sedikit, secebis daripada yang kami alami di era beliau. Dihalang, dicekal, kemudahannya ditarik. Jadi, ini semua mengajarkannya dia juga, kalau ini berlaku kepada beliau maka ini harus dihentikan semua. Jadi, ini juga membantu meningkatkan kerja sama kita karena ada yang sama-sama dialami.

Yang penting, sehari saya bebas, Yang Dipertuan Agung undang saya segera ke istana dan jaksa agung menjelaskan bahwa yang dia pilih menjadi sebab untuk mengampunkan adalah bukan sebab permohonan saya, tapi karena mencatat berlakunya pelanggaran hukum, kezaliman, penindasan yang menyebabkannya. Dan Yang Dipertuan Agung setuju bahwa ini membatalkan record apa yang disebut sebagai kesalahan yang lalu yang melibatkan perdana menteri ketika itu.

Bagi saya, ini juga kecaman bagi lembaga kehakiman. Dan dia katakan, "Ya, saya bicara yang benar. Jadi, kalau Anwar nak ulang, silakan ulang." Jadi itu yang saya katakan.

Perjuangan politik Anda sa ngat panjang. Ada pesan untuk orang-orang yang mengalami penahanan karena persoalan politik seperti Anda di mana pun berada?

Waduh, melelahkan. Jadi begini, pertama, garis itu harus benar. Orang bisa masuk penjara, keluar penjara, tapi landasan bisa berbeda-beda. Jadi, yang pertama, garis itu mesti benar, dan kita bisa yakin dan istiqamah. Jangan terlalu gopoh atau terlalu merasa tersiksa. Ini adalah laluan (perjalanan) yang harus kita hadapi dengan tenang. Walaupun saya tidak nasihatkan teman-teman untuk lalui derita 20 tahun (tertawa).

Alhamdulillah, sekarang sudah berubah. Masih ada yang berpikir negatif, tapi itu sedikit pun tidak merungsingkan (merisaukan) saya. Saya aman saja. Mau ke Jakarta, saya datang ke Jakarta. Dan bagi saya begitu menyenangkan begitu negara yang pertama saya kunjungi Indonesia. Alhamdulillah.

Karena banyak sahabat di Jakarta atau ada maksud tertentu?

Ada hubungan sejarah, ada (hubungan) intelektual, kekeluargaan, persahabatan, yah, bagi saya unik, walaupun pimpinan yang pertama ketemu saya Lee Hsien Long (perdana menteri Singapura). Dia ketemu saya, Pak Mahathir, dan Azizah.

photo
Wapres Jusuf Kalla menerima kedatangan Pemimpin Oposisi Malaysia Anwar Ibrahim, Ahad (20/5) malam di kediaman dinas Wapres di Jakarta.

Mahathir berencana satu tahun dari sekarang akan menyerahkan kursi perdana menteri ke Anda, akan diisi kegiatan apa dalam setahun ini?

Saya beritahu Pak Mahathir, teruskan dengan urusan kerja, saya akan memberikan pandangan bila perlu. Saya akan menegur menteri-menteri maupun wakil rakyat di parlemen yang terbukti menggunakan jabatan untuk mengumpul kekayaan, untuk merampok harta rakyat, itu urusan saya.

Tapi, saya akan memberikan dukungan kuat kepada Pak Mahathir. Jadi, saya tidak ambil pusing, kapan, ke mana, satu tahun, satu setengah tahun, atau dua tahun. Dia sudah berusia 93 tahun, jadi jangan kita desak. Keduanya, biar yang lain asyik politik, saya mau dekati teman-teman, mau membaca, mau ambil fellowship pendek. Tidak panjang, tidak tiga bulan atau empat bulan. Cukup dua pekan di Stanford, Harvard.

Presiden Recep Tayyip Erdogan sudah dua kali undang saya ke Turki. Dia bilang, "You promise me (Anda sudah berjanji kepada Saya) ke Turki". Tapi, sekarang ke sini (tertawa). Jadi, saya akan salahkan Pak Habibie karena Pak Habibie memaksa (sambil tertawa keras tanda bergurau).

Mau belajar apa?

Tidak, saya mau mengajar. Ya, tapi sambil belajar.

Dengan perubahan mengejutkan ini, ke depan Malaysia akan menjadi seperti apa?

Kita akan menuju negara demokrasi yang matang, tapi yang lebih penting adalah menuju masyarakat yang adil. Supaya tumpuan penguasa itu bukan hanya sekadar saingan di antara golongan elite, tapi haruslah memperkuat rakyat.

Dan sebagai negara yang mayoritas Islam, kami ingin memberi ruang supaya pendekatan-pendekatan Islam yang sederhana dan berbagi akhlak supaya masyarakat bisa memahami Islam secara lebih baik. Dan tidak lagi mendengar cerita soal fanatisme atau gerombolan kekerasan.

Kemarin ramai soal penyitaan harta Najib. Apa agenda untuk menangani pejabat lama yang terindikasi mengambil harta negara?

Kita juga tidak mau terlihat agresif terhadap semua orang. Tapi, untuk beberapa tokoh yang saya percaya merampok begitu kentara, terpaksa ambil tindakan. Secara pribadi, saya maafkan Pak Najib untuk memenjarakan saya dan sebagainya. Itu tidak lagi menjadi isu. Tapi, masalah dia dengan harta rakyat, kekayaan rakyat, itu dia harus berhadapan dengan kuasa rakyat dan mahkamah.

Anda percaya Malaysia effect akan berimbas ke Indonesia?

Reformasi Malaysia itu kan saya mulakan (awali) karena juga ada kaitannya dengan Indonesia. Jadi, kalau saling memanfaatkan yang wajar, yang baik, pada ketika yang baik, oke saja. Saya 1998 saya dipecat, September, slogan saya, ya, reformasi, tapi di sini sudah lebih dulu. Jadi, suara reformasi terus bergaung.

Jadi, kalau sekarang perkembangan di Malaysia tentang kemarakan (keinginan yang meluas) rakyat yang menerjemah kan kemarakan ke peti undi (kotak suara), itu satu hal yang baik. Saya juga akan kembangkan hal ini di dunia Islam. Kemarakan harus diterjemahkan dalam peti undi secara aman, teratur, dan konstitusional. n ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement