Senin 23 Apr 2018 22:49 WIB

PM Armenia Mengundurkan Diri Setelah Unjuk Rasa Besar

Unjuk rasa telah berlangsung selama 11 hari berturut-turut

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Armenia
Foto: [ist]
Armenia

REPUBLIKA.CO.ID,  YEREVAN - Perdana Menteri Armenia, Serzh Sargsyan, mengumumkan ia akan mengundurkan diri. Penyataan ini disampaikan di situs resminya, setelah unjuk rasa anti-pemerintah besar-besaran terjadi di ibu kota Yerevan.

"Unjuk rasa di jalanan telah menentang jabatan saya. Saya memenuhi permintaan Anda," kata pernyataan itu, seperti dilaporkan laman The Guardian.

Ratusan tentara berseragam telah bergabung dengan demonstran anti-pemerintah pada Senin (23/4). Unjuk rasa telah berlangsung selama 11 hari berturut-turut untuk memprotes dugaan pengambilan kekuasaan oleh Sargsyan.

Sebelum Sargsyan menyatakan akan mengundurkan diri dan tampak menyerah pada tekanan oposisi, polisi telah membebaskan Nikol Pashinyan. Pashinyan adalah anggota parlemen oposisi yang telah ditangkap bersama ratusan demonstran pada Ahad (22/4). Namun hingga pembebasannya, keberadaan Pashinyan masih belum diketahui.

"Ini adalah kali terakhir saya akan berbicara kepada Anda sebagai kepala pemerintahan. Nikol Pashinyan benar. Saya salah," ujar Sargsyan dalam pernyataan resminya.

Demonstrasi itu dipicu oleh keputusan Sargsyan untuk mengambil posisi perdana menteri setelah menjabat selama lebih dari satu dekade sebagai presiden. Keputusan itu memprovokasi kemarahan partai-partai oposisi yang menganggap Sargsyan telah mendominasi panggung politik Armenia.

Sargsyan memutuskan untuk menjadi perdana menteri setelah masa jabatan keduanya sebagai presiden telah berakhir. Konstitusi diubah untuk memberikan kekuasaan lebih besar kepada perdana menteri dan mengubah jabatan presiden hanya sebagai jabatan seremonial.

"Saya datang ke sini untuk membahas pengunduran diri Anda," kata Pashinyan kepada Sargsyan sesaat sebelum negosiasi gagal dilakukan pada Ahad (22/4). Pashinyan ditangkap tidak lama setelah itu.

Protes telah meletus di Armenia selama lebih dari sepekan. Sejumlah mahasiswa yang mogok belajar pada Senin (23/4) memblokir jalan-jalan di Yerevan. Puluhan tentara keluar dari barak mereka untuk bergabung dengan para demonstran. Para prajurit itu tampaknya tidak membawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement