Ahad 19 Apr 2015 15:50 WIB

Xenophobia Meluas di Afrika Selatan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Angga Indrawan
Presiden Afrika Selatan (Afsel), Jacob Zuma.
Foto: ewn.co.za
Presiden Afrika Selatan (Afsel), Jacob Zuma.

REPUBLIKA.CO.ID, DURBAN -- Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma bersumpah akan mengakhiri kekerasan akibat xenophobia yang meluas di wilayah kekuasaannya. Pada Sabtu (18/4), Zuma mengunjungi kamp pengungsian di kota pelabuhan Durban setelah bentrokan anti asing baru-baru ini.

Dalam pernyataan, Zuma mengatakan serangan-serangan telah melawan kepercayaan warga Afrika selama ini. ''Mayoritas orang Afrika selatan mencintai kedamaian dan hubungan baik dengan saudara mereka di benua ini,'' kata dia.

Zuma membatalkan kunjungannya ke Indonesia untuk mengunjungi kamp pengungsian di Chatsworth Durban. ''Kita akan menghentikan kekerasan ini,'' tambahnya, dalam siaran televisi nasional, dikutip BBC.

Aksi xenophobia atau anti migran telah berujung kekerasan dalam beberapa waktu terakhir. Toko-toko milik imigran atau warga asing telah rusak parah di Johannesburg. Toko-toko tersebut juga dijarah.

Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan xenophobia di Durban. Kekerasan juga menyebar ke daerah lain. Zuma mengatakan kekacauan ini disebabkan sekelompok orang yang memprovokasi.

Selama aksi anti imigran, polisi telah menangkap 150 orang. Polisi menggunakan peluru karet untuk membubarkan penjarah di toko-toko di Alexandria. Polisi menangkap sedikitnya 30 orang dari kota bagian utara tersebut.

Beberapa ribu orang asing telah melarikan diri dari rumah mereka ke tempat perlindungan di negara tetangga Zimbabwe, Malawi dan Mozambik. Sebagian besar migran berasal dari negara lain di Afrika dan Asia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement