Selasa 11 Jul 2017 03:11 WIB

Voting Resolusi DK PBB untuk Korut akan Dilakukan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah .
Calon Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley, 18 Januari 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Calon Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley, 18 Januari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley akan mengadakan pemilihan suara dalam beberapa minggu untuk membuat resolusi Dewan Keamanan PBB. Ini dilakukan untuk menjatuhkan sanksi yang lebih kuat kepada Korea Utara atas uji coba rudal balistik jarak jauh.

Haley mengatakan mengenai timeline resolusi DK PBB terhadap peluncuran rudal Korut. Rudal tersebut dipercaya memiliki jangkauan mencapai Alaska, dan sebagian dari Pantai Barat AS.

Wakil AS untuk PBB tidak segera mengomentari kapan timeline untuk pemilihan suara di DK PBB. Beberapa diplomat DK PBB merasa ragu rancangan resolusi tersebut dapat dilakukan dengan cepat.

Sejumlah diplomat mengatakan, AS memberi Cina sebuah rancangan resolusi untuk menjatuhkan sanksi yang lebih kuat kepada Pyongyang.

"Ini dilakukan setelah 15 anggota DK PBB bertemu pada hari Rabu untuk membahas peluncuran rudal balistik antar benua (ICBM)," katanya, Senin, (10/7).

Duta besar Cina untuk PBB Liu Jieyi mengatakan, penting untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh DK PBB harus kondusif untuk mencapai tujuan Semenanjung Korea yang bebas nuklir, damai, dan stabil.

"Kami benar-benar harus memikirkan dengan saksama bagaimana pendekatan terbaik di DK PBB karena sebuah resolusi, sanksi, sendiri bukanlah tujuan," kata Jieyi.

Ketika ditanya apakah dewan tersebut dapat bertindak dalam beberapa minggu, Liu mengatakan, ini tergantung pada bagaimana para anggota melihat jalan ke depan, bagaimana memperbaiki situasi, dan mencegah lebih jauh lagi agar Korut tak melakukan uji coba rudal. Selain itu juga memastikan resolusi DK PBB dipatuhi.

Secara tradisional, Amerika Serikat dan Cina telah menegosiasikan sanksi baru terhadap Korrut sebelum secara formal melibatkan anggota dewan lainnya. Diplomat mengatakan, Amerika Serikat secara informal akan menjaga Inggris dan Prancis dalam lingkaran, sementara Cina kemungkinan berbicara dengan Rusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement