Senin 16 Oct 2017 10:43 WIB

Setengah Pemilih Partai Republik AS Ingin Perang Lawan Korut

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ani Nursalikah
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebanyak 46 persen pemilih partai Republik di Amerika Serikat mendukung serangan preemptif terhadap Korea Utara. Keinginan itu merupakan langkah pencegahan sebelum negara pimpinan Kim Jong Un meluncurkan rudal ke Amerika.

Seperti diwartakan Independent, Senin (16/10) dalam beberapa pekan belakangan Korea Utara memang kerap meluncurkan rudal. Terakhir, peluru kendali Kim Jong Un melintas di wilayah udara Jepang.
 
Presiden Donald Trump beberapa kali juga terdengar menebar ancaman kepada Korea Utara. Pada Agustus lalu, Trump siap berperang jika rudal balistik mereka menghantam Amerika.
 
Dalam pidato di sidang umum PBB di New York bulan lalu, Trump mengatakan akan menghancurkan total Pyongyang. Dia mengatakan, pilihan itu terpaksa dilakukan Amerika untuk membela diri dan sekutunya.
 
Trump beberapa kali juga mencemooh Kim dengan sebutan 'Rocket Man'. Dia bahkan menutup pintu negosiasi dengan Korea Utara terkait program nuklir mereka.
 
Hasil jajak pendapat yang dilakukan Universitas Quinnipiac itu berbanding terbalik saat menyurvei pendukung partai Demokrat. Hanya 16 persen saja yang setuju perang dengan Korea Utara, sementara 77 persen tidak menginginkan hal tersebut.
 
Sementara, 20 persen pemberi suara menilai Trump tidak dapat menangani negosiasi dengan Korea Utara. Kendati, 60 persen berpendapat pejabat diplomatik akan melakukan negosiasi tersebut.
 
Secara keseluruhan, 29 persen pemberi suara berpendapat negosiasi dengan Korea Utara adalah hal percuma sedangkan 65 persen berpendapat Amerika harus membuka jalur diplomasi.
 
"Pemilih tidak yakin Trump mampu menyelesaikan masalah Korea Utara secara diplomatis, sebabnya mereka berharap staff presiden lah yang akan mengambil alih hal itu," kata Asisten Direktur jajak pendapat Quinnipiac University Tim Malloy.
 
Sebelumnya, survei tersebut dilakukan kepada 1482 responden secara nasional mulai dari 5 hingga 10 Oktober. Hasil jajak pendapat itu memilki marjin kesalahan kurang lebih tiga persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement