Senin 08 Jan 2018 19:18 WIB

Pengungsi Rohingya Mulai Melupakan Horor Konflik

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak-anak Rohingya di pengungsian.
Foto: ACT
Anak-anak Rohingya di pengungsian.

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Suasana tahun baru di Pantai Cox's Bazar, Bangladesh berbeda dari tahun sebelumnya. Pergantian tahun kali ini dihujani oleh gerimis sepanjang hari, meski begitu, pengunjung tetap memadati slaah satu destinasi wisata di Bangladesh ini.

Namun suasana berbeda terlihat dari tempar yang berada tak kurang dari 20 km dari Cox's Bazar. Terdapat kesunyian di kamp pengungsian Rohingya. Becek dan lumpur menyambut hari baru para pengungsi Kamp Kutupalong di tahun 2018.

 

Syuaib, pengungsi remaja yang tinggal di salah satu unit shelter Aksi Cepat Tanggap (ACT), memulai hari pertama di tahun ini dengan mengunjungi lokasi pembangunan shelter ACT. Ia ingin membantu relawan konstruksi yang mungkin saja membutuhkan bantuannya.

 

"Tahun baru buat saya biasa saja. Tidak ada perayaan, hanya beraktivitas seperti di hari-hari lainnya saja," ujar Syuaib seperti pada siaran pers yang diterima Republika, Senin (8/1).

 

Selebrasi pergantian tahun baru juga tak terpikirkan oleh Imam, salah satu pengungsi lama di Kamp Kutupalong. Pergantian tahun ia lewati tanpa sebuah perayaan, begitu pula dengan para pengungsi Rohingya pada umumnya.

 

"Para pengungsi di sini memang tidak terbiasa merayakan tahun baru. Bahkan waktu di Myanmar dulu, kami juga tidak bersorak menyambut tahun baru. Bukan tradisi kami," kata Imam.

 

Awal 2018, bukan semarak kembang api yang meramaikan kamp pengungsian di wilayah Kutupalong, Coxs Bazar. Semarak yang lebih besar melingkupi area pemukiman para pengungsi baru di kamp pengungsian terbesar di Bangladesh itu. Semarak tersebut tergambar dari riuhnya aktivitas harian mereka, yang sudah mulai melupakan horor konflik pada akhir Agustus 2017 lalu.

 

Awal Januari atau sekitar empat bulan setelah kedatangan ratusan ribu pengungsi Rohingya ke Bangladesh, kondisi para pengungsi bisa dikatakan mulai berangsur normal. Di Kamp Kutupalong, warung-warung dibangun seadanya di depan rumah mereka. Pasar pun mulai hidup dan tak pernah terlihat sepi. Pakaian, peralatan listrik, sayuran, buah-buahan, hingga kudapan ringan yang kerap menjadi jajanan favorit anak-anak Rohingya

 

Kegiatan di sejumlah madrasah darurat juga sangat kondusif. Suara lantang anak-anak yang sedang belajar membaca, bisa terdengar hingga keluar. Alunan ejaan mereka membuat orang-orang yang mendengarnya merasa gembira karena merasakan sendiri besarnya semangat belajar mereka.

 

Membaiknya kondisi psikologis para pengungsi tak terlepas dari terpenuhinya rasa aman di lingkungan baru yang mereka tempati. Bantuan demi bantuan kemanusiaan juga terus disalurkan untuk menunjang kebutuhan dasar mereka.

 

ACT sejak Agustus lalu, terus mengupayakan segala bentuk bantuan untuk Rohingya. Mulai dari bantuan kebutuhan yang paling dasar, seperti bahan makanan, pakaian, tempat tinggal, hingga layanan kesehatan. Selain itu, berbagai bentuk fasilitas umum juga dibangun, seperti MCK, masjid, dan madrasah untuk anak-anak.

 

Pelayanan kesehatan yang bisa diakses secara gratis setiap hari di Mini Clinic ACT masih berlangsung. Dengan Mobile Clinic, dokter dapat lebih memudahkan pengungsi untuk berobat karena langsung mengunjungi kamp mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement