Kamis 07 Dec 2017 20:18 WIB

Fahira: Bencana Dunia Itu Bernama Trump

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Wakil Ketua Komite III DPD RI, Fahira Idris
Foto: Ist
Wakil Ketua Komite III DPD RI, Fahira Idris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris menyesalkan keputusan provakatif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusannya itu, menurut Fahira, kelak mencatat nama Trump dalam noktah hitam sejarah peradaban manusia.

Fahira bahkan mengutuk keras tindakan Trump ini karena dianggap tidak bertanggungjawab bahkan telah menginjak-nginjak dan melukai hati umat Islam di seluruh dunia. Selain itu juga, keputusannya ini, dianggap berpotensi dapat melahirkan bencana besar bagi kedamaian dunia.

"Bencana dunia itu bernama Trump, jika dia tetap ngotot merealisasikan keputusan provakatif ini," tegas Fahira dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Kamis (7/12).

Dalam sudut pandangnya, langkah provokasi ini telah menunjukkan bahwa Presiden Amerika ke-45 ini bukan hanya mengoyak-ngoyak kesepakatan Dewan Keamanan PBB. Tetapi, juga memunggungi perjuangan dan komitmen negara-negara muslim dan negara-negara lain di dunia dalam membantu kemerdekaan Palestina.

Bahkan Trump juga, lanjut Fahira, dianggap telah menutup telinga dengan tidak mengindahkan sikap tegas negara-negara muslim dunia yang selama ini berupaya memperjuangkan dan mendukung kemerdekaan Palestina. "Orang seperti ini (Trump) benar-benar akan menjadi bencana besar bagi dunia," tegas Fahira.

Indonesia, kata dia, harus bisa mengambil peran besar dalam mencegah langkah Trump menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Bukan karena Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia namun karena sudah tertuang dalam amanat konsititusi.

Konstitusi yang dibuat para pendiri bangsa ini, mengamanatkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak boleh tinggal diam selama masih ada penindasan dan penjajahan di atas dunia. Karena itu, katanya, Presiden Jokowi pun harus mengambil peran besar sebagai kepala negara terdepan untuk menekan Amerika mengurungkan niatnya tersebut. Ini momentum bagi Presiden Jokowi untuk menjalankan komitmennya saat kampanye untuk berdiri bersama rakyat Palestina menuju kemerdekaan.

"Jika nanti keputusan Trump ini benar-benar direalisasikan, Indonesia harus mampu meyakinkan dunia, bahwa tidak boleh ada satupun negara yang mengikuti jejak Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement