Selasa 19 Dec 2017 16:31 WIB

Dompet Dhuafa Lihat Dua Kondisi Berbeda di Palestina

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Bendera di Jalur Gaza.
Foto: Reuters
Bendera di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Mobilisasi Zakat Infak Sedekah (ZIS) Dompet Dhuafa, Bambang Suherman mengatakan, dalam perspektif Dompet Dhuafa melihat Palestina pada dua kondisi. Pertama keadaan di West Bank dan kedua keadaan di Gaza.

Bambang menerangkan, di West Bank dan Gaza merupakan dua situasi yang berbeda. Kondasi di West Bank yang menjadi wilayah pendudukan Israel. Di sana rakyat Palestina membutuhkan lebih banyak ruang kemerdekaan untuk menjadi sebuah entitas yang diakui.

"Sehingga mereka bisa hidup baik dan tenang tanpa harus khawatir dengan kesewenang-kewenangan yang terjadi akibat kegiatan Israel," kata Bambang kepada Republika, Selasa (19/12).

Ia melanjutkan, sementara di Gaza, merupakan wilayah tertutup dan terisolasi. Wilayah yang tidak bisa dimasuki atau keluar. Kecuali melalui perizinan yang sangat ketat. Di Gaza kondisinya lebih krusial karena tidak punya akses terhadap sumber daya dan lain-lain. Kecuali apa yang mereka bisa upayakan.

Ia menerangkan, dengan dua kondisi seperti ini, maka respon Dompet Dhuafa memainkan peran diplomat kemanusiaan yang berkolaborasi dengan berbagai pihak di level advokasi Internasional. "Agar membatasi, kalau bisa menghentikan agresi Israel terhadap Palestina, kita juga perlu melihat kebutuhan lapangan yang mendesak," ujarnya.

Ia menjelaskan, walau pun berada dalam kondisi yang berbeda. Tapi wilayah West Bank dan Gaza adalah kota perang. Dengan kondisi yang setiap saat bisa terjadi perubahan yang drastis. Misalnya saat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang mengklaim Yerusalem sebagai Ibukota Israel. Kemudian langsung terjadi gejolak di lapangan.

"Sejak Donald Trump mengatakan pernyataannya, sampai hari ini stabilitas keamanan masyarakat sangat buruk, akses terhadap pendidikan dan kesehatan pasti juga sangat buruk," ujarnya.

Bambang menyampaikan, akses terhadap usaha dan perekonomian pasti terhenti untuk beberapa waktu di West Bank dan Gaza. Sementara daftar kebutuhan hidup rakyat Palestina yang sejak awal sudah terbatas akan semakin terbatas.

Maka Dompet Dhuafa tetap berpikir kebutuhan dasar seperti makanan, kesehatan, pakaian dan perlindungan tetap menjadi prioritas. Kemudian kebutuhan sanitasi dan energi juga bisa disuplai oleh semua entitas kemanusiaan yang akan mambantu Palestina. Karena mereka membutuhkan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement