Kamis 01 Sep 2016 05:30 WIB

Sejarah Hari Ini: Qaddafi Pimpin Kudeta Lawan Raja Idris I

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Mendiang Muammar Qaddafi
Mendiang Muammar Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, Muammar al-Qaddafi, kapten tentara Libya, berhasil memimpin kudeta militer melawan Raja Idris I di usia 27 tahun pada 1969. Setelah Idris digulingkan, Qaddafi menjadi ketua sebuah badan baru bernama Komando Dewan Revolusi.

Qaddafi adalah putra dari seorang petani Baduy yang lahir di sebuah tenda di gurun Libya pada 1942. Tumbuh menjadi anak berbakat, ia berhasil lulus dari Universitas Libya pada 1963 dan Akademi Militer Libya di Benghazi pada 1965.

Ia kemudian menjadi seorang nasionalis Arab, yang diprovokasi untuk menggulingkan Raja Idris I. Raja Idris selama ini dianggap terlalu konservatif dan acuh terhadap gerakan persatuan politik negara-negara Arab.

Pada saat Qaddafi mencapai pangkat kapten, kelompok revolusioner siap menyerang pemerintah. Mereka menunggu Raja Idris I pergi keluar negeri, tepatnya ke Turki untuk mengobati kakinya, untuk memulai kudeta terhadap pemerintah.

Sistem monarki dihapuskan, Raja Idris I pindah dari Turki ke Mesir dan mencari suaka di sana. Ia meninggal dunia di Kairo pada 1983, seperti dikutip dari History.

Dengan menggabungkan paham Islam ortodok, sosialisme revolusioner, dan nasionalisme Arab, Qaddafi membentuk sistem diktator anti-Barat di Libya. Pada 1970, ia mencabut izin pangkalan militer Amerika Serikat dan Inggris serta mengusir warga Italia dan Yahudi Libya.

Pada 1973, ia mengambil kendali ladang minyak milik asing. Dia juga mengaktifkan kembali hukum Islam, seperti larangan minuman beralkohol dan perjudian. Ia kemudian meluncurkan program sosial untuk meningkatkan standar hidup di Libya.

Sejak memiliki misi menyatukan negara-negara Arab, ia mulai menjalin kedekatan dengan negara tetangga, terutama Mesir. Namun, ketika Mesir dan negara-negara Arab lainnya mulai melakukan proses perdamaian dengan Israel, Libya semakin tersudut.

Pemerintahan Qaddafi membiayai sejumlah kelompok radikal di seluruh dunia, termasuk kelompok gerilyawan Palestina dan kelompok pemberontak Filipina. Di 1980-an, negara Barat menyalahkan Libya atas beberapa serangan yang terjadi di Eropa.

April 1986, kapal perang Amerika Serikat mengebom Tripoli sebagai balasan atas pengeboman di Jerman. Dalam serangan tersebut, Qaddafi dilaporkan terluka dan bayi perempuannya tewas.

Di akhir 1990-an, Qaddafi berusaha mengeluarkan Libya dari isolasi internasional dengan menyerahkan dua tersangka pengeboman pesawat Lockerbie di Skotlandia kepada negara Barat. PBB lalu mencabut sanksi-sanksi terhadap Libya.

Amerika Serikat turut menghapus embargo terhadap Libya pada September 2015. Setelah bertahun-tahun mengalami penolakan di dunia Arab, Qaddafi juga menjalin hubungan dengan negara-negara Afrika non-Islam, seperti Afrika Selatan.

Pada Februari 2011, kerusuhan terjadi di negara-negara Arab. Protes besar-besaran terhadap rezim Qaddafi memicu perang saudara antara kaum revolusioner dan loyalis.

Sebulan kemudian, koalisi internasional melakukan serangan udara terhadap kubu Qaddafi di bawah naungan Dewan Keamanan PBB. Pada 20 Oktober, pemerintah sementara Libya mengumumkan Qaddafi telah meninggal dunia, setelah ditangkap dekat kota kelahirannya, Sirte.

Selanjutnya: Bangkai Kapal Titanic Ditemukan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement