Ahad 15 Oct 2017 17:32 WIB

Jenderal Iran Turun Tangan Soal Referendum Kurdi

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pria Kurdi menaiki kuda dan membawa bendera mendukung referendum di Erbil, Irak.
Foto: Aljazeera
Seorang pria Kurdi menaiki kuda dan membawa bendera mendukung referendum di Erbil, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD --  Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani tiba di wilayah Kurdistan Irak untuk melakukan pembicaraan mengenai krisis yang meningkat antara otoritas Kurdi dan pemerintah Irak. Ini setelah referendum kemerdekaan Kurdi bulan lalu.

Soleimani adalah komandan operasi asing untuk Garda Revolusi elite Iran, sebuah badan militer yang memberikan pelatihan dan senjata kepada kelompok paramiliter Irak yang mendukung pemerintah pimpinan Syiah di Baghdad yang dikenal sebagai Mobilisasi Populer.

Dia tiba di wilayah Kurdi Sabtu waktu setempat. Seorang pejabat dari Dewan Keamanan Pemerintah Kurdistan (KRG) mengatakan Mobilisasi Populer telah memberi peringatan kepada Peshmerga sampai tengah malam waktu setempat untuk meninggalkan sebuah posisi di utara persimpangan Khalid Maktab.

Sebelumnya orang-orang Kurdi Peshmerga menolak peringatan dari pasukan paramiliter Irak untuk mundur dari persimpangan strategis di sebelah selatan Kirkuk yang mengendalikan akses ke beberapa ladang minyak utama di kawasan itu.

Ali al-Hussaini, juru bicara kelompok paramiliter yang dikenal sebagai Hashid Shaabi dalam bahasa Arab, mengatakan tenggat waktu telah berakhir tanpa memberi indikasi tentang langkah selanjutnya.  "Kami menunggu pesanan baru, tidak ada perpanjangan yang diharapkan," katanya.

Menurut pejabat KRG, posisi Kurdi di utara persimpangan tersebut mengendalikan akses ke pangkalan udara penting dan Bai Hassan, salah satu ladang minyak mentah utama di kawasan tersebut.

Tidak ada bentrokan yang dilaporkan 14 jam setelah batas waktu, namun seorang penduduk mengatakan puluhan Kurdi muda membawa senjata dan dikerahkan di jalanan Kirkuk dengan senapan mesin saat berita peringatan tersebut menyebar.

KRG dan pemerintah pusat di Baghdad berselisih sejak pemungutan suara pada 25 September yang memberikan banyak suara ya untuk kemerdekaan Kurdi.

Otoritas Kurdi mengatakan pada Jumat mereka telah mengirim ribuan tentara lagi ke Kirkuk untuk menghadapi ancaman Irak. Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi telah berulang kali menolak rencana untuk menyerang orang Kurdi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement