Senin 08 Jan 2018 21:13 WIB

Rouhani Sebut Demonstrasi Iran tak Hanya Dipicu Soal Ekonomi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: Reuters
Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan demonstrasi yang mengguncang Iran tidak hanya dipicu masalah ekonomi. Menurutnya, target utama dari unjuk rasa itu adalah penentangan konservatif terhadap rencananya untuk memperluas kebebasan individu di dalam negeri dan melakukan negoisasi ke luar negeri.

"Sangat keliru jika mengatakan mereka hanya memiliki tuntutan ekonomi. Rakyat memiliki tuntutan ekonomi, politik dan sosial," kata Rouhani, dikutip kantor berita Tasnim, Senin (8/1).

Rouhani kembali memenangkan pemilihan umum Iran tahun lalu dengan menjanjikan lebih banyak pekerjaan untuk pemuda Iran melalui investasi asing. Ia juga menjanjikan keadilan sosial, kebebasan individu, dan toleransi politik.

Rouhani juga menolak seruan para ulama yang meminta pemerintah untuk secara permanen memblokir akses media sosial dan aplikasi pesan. Setelah unjuk rasa selesai, pemerintah mengembalikan akses Instagram, yang telah dijadikan alat untuk memobilisasi massa.

Namun akses ke aplikasi perpesanan seperti Telegram, masih diblokir. Pemerintah mengatakan pembatasan tersebut hanya bersifat sementara. "Akses masyarakat terhadap media sosial tidak boleh dibatasi secara permanen. Kita tidak bisa acuh tak acuh terhadap kehidupan dan bisnis masyarakat," kata Rouhani.

Pada Ahad (7/1), Garda Revolusi Iran mengatakan pasukan keamanan telah mengakhiri kerusuhan dalam unjuk rasa yang telah berlangsung selama sepekan. Unjuk rasa yang dimulai oleh kaum muda dan kelas pekerja itu telah menyebar ke lebih dari 80 kota dan mengakibatkan 22 orang tewas, serta lebih dari 1.000 orang ditangkap.

Wakil ketua Kehakiman Iran, Hamid Shahriari, mengatakan semua pemimpin demonstrasi telah diidentifikasi dan ditangkap. Mereka akan dihukum dengan keras dan mungkin akan menghadapi hukuman mati.

Seorang anggota parlemen Iran, Tayebeh Siavashi, telah mengkonfirmasi kematian satu tahanan demonstrasi di dalam penjara, pada Senin (8/1). "Pria berusia 22 tahun ini ditangkap oleh polisi. Saya diberitahu dia telah melakukan bunuh diri di penjara," ujar Siavashi, dikutip kantor berita ILNA.

Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar mengatakan Rouhani telah menegaskan semua siswa yang ditahan harus dilepaskan. Menteri Pendidikan Iran Mohammad Bathaei menambahkan, banyak anak sekolah yang turut ditahan saat unjuk rasa dan ia telah meminta pembebasan mereka sebelum memasuki musim ujian.

Banyak pengunjuk rasa yang mempertanyakan kebijakan luar negeri Iran di Timur Tengah. Iran telah melakukan intervensi di Suriah dan Irak dalam pertempuran dengan saingannya, Arab Saudi, untuk saling berebut pengaruh.

Dukungan pendanaan Iran untuk Palestina dan Hizbullah Lebanon juga membuat warganya marah. Mereka menginginkan pemerintah Iran untuk fokus pada masalah ekonomi domestik.

Para demonstran pada awalnya melepaskan kemarahan mereka terhadap harga kebutuhan dasar yang tinggi dan adanya dugaan korupsi. Namun demonstrasi tersebut kemudian meminta Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk mengundurkan diri.

Pemimpin Tertinggi Iran adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata yang berhak menunjuk kepala pengadilan. Para menteri utama juga dipilih berdasarkan kesepakatan dengannya.

Pemimpin Tertinggi juga memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan luar negeri Iran. Sebagai perbandingan, presiden hanya memiliki sedikit kekuatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement