Jumat 24 Sep 2010 04:38 WIB

Enam Negara Usahakan Penyelesaian Segera Konflik Nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID,PBB-- Amerika Serikat dan lima negara lainnya, Rabu mengatakan mereka sedang mengusahakan satu "solusi segera yang dirundingkan" sengketa dengan Iran menyangkut ambisi nuklirnya. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan sejawat-sejawatnya dari Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman mengumumkan usaha diplomatik baru terhadap Iran itu di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York.

Iran memberikan isyarat baru kesediaannya untuk berunding dengan masyarakat internasional mengenai program nuklirya. Tetapi sejauh ini gagal memenuhi syarat-syarat bagi perundingan dan pembangkangannya terhadap sanksi-sanksi baru Dewan Keamanan PBB Juni. "Kami setuju pada sanksi-sanksi Juni lalu... Kini saatnya bagi Iran untuk melakukan perundingan riil, dalam dialog yang benar-benar konstruktif, tentang seluruh program nuklirnya," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague setelah pertemuan di New York.

"Persatuan enam negara menunjukkan bahwa Iran tidak dapat melepaskan diri dari ini dan menolak perundingan tentang program nukkirnya. Dunia tidak akan lupa tentang masalah ini," kata Hague.

Ia menambahkan ia akan menyampaikan pesan dari enam negara itu kepada Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki apabila bertemu dengan di Kamis. Dalam sebuah pernyataan, enam negara itu "menegaskan kembali tekad kami dan komitmen kami untuk mengusahakan solusi yang dirundingkan segera menyangkut masalah nuklir Iran dan memusatkan diskusi kami mengenai langkah-langkah praktis lebih untuk mencapai hal itu secepat mungkin."

Para pejabat AS mengatakan, ada tanda-tanda dari Iran bahwa mereka mungkin bersedia melakukan pertemuan pada musim gugur. Seorang pjabat senior AS, yang berbicara tanpa bersedia namanya disebutkan, mengemukakan kepada wartawan setelah itu bahwa enam negara siap bagi "proses seperti itu, kami menginginkan satu resolusi diplomatik dan tetap menginginkan kesediaan Iran untuk berunding."

Pernyataan dibacakan oleh ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton itu mengatakan enam negara "siap berunding dengan Iran" dalam kaitannya dengan pelaksanaan perjanjian pertukaran bahan nuklir yang telah disepakati di Jenewa Oktober tahun lalu. Pernyataan itu menambahkan bahwa mereka menunggu diselengarakan satu "pertemuan segera" dengan Iran dan siap membicarakan "pengaruran yang diubah," taampaknya karena Iran memperkaya uranium lebih banyak lagi di tahun lalu.

Berdasarkan perjanjian itu, Iran akan mengirim sebagian besar uranium yang berkadar rendah ke Prancis agar dapat diperkaya lebih jauh dan dikembalikan ke Iran untuk menjadi bahan bakar bagi satu reaktor riset medis di Teheran. Perjanjian itu dirancang untuk memperpanjang waktu dan membangun kepercayaan sementara masyarakat dunia mendesak Iran memenuhi tuntutan mereka untuk menghentikan kegiatan memperkaya uranium, satu program yang menurut negara-negara Barat diduga bertujuan untuk membuat bom nuklir.

Tetapi perjanjian itu macet ketika Iran berusaha mengubah syarat-syaratnya. Pada Juni, Dewan Keamanan PBB mensahkan sanksi babak ke empat terhadap Republik Islam itu, yang dibalasnya dengan menghentikan perundigan sampai September. Para diplomat penting juga berjanji akan melaksakana sepenuhnya sanksi-sanksi baru itu, kata pejabat senior AS itu.

Di Moskow, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Rabu menandatangani satu keputusan yang melarang pengiriman rudal-rudal S-300 dan senjata-senjata lain ke Iran, sesuai dengan sanksi-sanksi militer dan keuangan yang kera dyang diberlakukan Juni. AS yan mempelopori usaha bagi sanksi-sanksi itu, menduga bahwa Iran hanya akan kembali ke meja perundingan hanya apabila merasa terpojok.

Iran membantah pernyataan-pernyaaa AS bahwa republik Islam itu akan mulai merasa terjepit. Enam negara itu mengulangi kembali imbauannya kepada Iran agar mentaati tuntutnan-tuntutan agar Iran membuka fasilitas-fasilitas nuklirnya bagi pemerikaan dan menghentikan pengayaan uraium.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadiejad di New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB, mengemukakan kepada media bahwa negaranya siap memulai kembali perundingan dengan negar-negara dunia menyangkut program nuklirnya. Sementara itu Brazil, Rusia, India dan Cina berencana akan mengajukan sebuah resolusi yang tidak mengikat terhadap saksi-sasi sepihak yang tidak disetujui PBB oleh AS, Jepang dan negara-negara lain yang telah diberlakukan sebagai tambahan pada sanksi-sanksi PBB, kata menteri luar negeri Brazil Celso Amorim.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement