Senin 24 Jan 2011 21:29 WIB

Pemberontak Komunis Filipina Bunuh Lima Polisi

Bendera Filipina
Bendera Filipina

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Pemberontak Komunis di Filipina menewaskan lima polisi dalam serangan besar pertama mereka sejak setuju mengadakan pembicaraan perdamaian untuk mengakhiri perlawanan puluhan tahun, kata pihak berwenang pada Senin.

Dalam penyergapan siang hari, pemberontak Tentara Rakyat Baru memicu ranjau darat dan menembak kendaraan polisi pembawa petugas di kota kecil Rizal, Filipina utara, pada Minggu, kata polisi dan tentara. "Mereka (korban) mengendarai kendaraan bertanda polisi dalam perjalanan mereka kembali dari tugas ketika disergap," kata Eric Fernandez, juru bicara markas besar kepolisian negara di Manila.

Di antara yang tewas terdapat kepala polisi Rizal, Inspektur Antonio Rueco, dan istrinya, yang juga polisi, kata Fernandez. Tiga polisi lain tewas dan satu lagi luka, katanya.

Penyergapan itu adalah serangan besar pertama pemberontak tersebut sejak pemerintah dan pemberontak itu pada pekan lalu sepakat melanjutkan perundingan perdamaian di Norwegia pada 15-21 Februari.

Perundingan itu akan menjadi pembicaraan resmi pertama antara kedua pihak tersebut sejak pembicaraan gagal pada 2004.

Setelah terobosan nyata dalam mengamankan kesepakatan untuk berembuk, pemerintahan Presiden Benigno Aquino mengatakan berharap mengakhiri pemberontakan itu, yang dimulai pada 1969, dalam tiga tahun.

Namun pengulas keamanan mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP bahwa mereka ragu bahwa pemberontakan itu, salah satu yang terlama dan paling mematikan di Asia, selesai pada 2014.

Mereka mengatakan bahwa meskipun jumlah pemberontak turun menjadi sekitar 4.700 orang, perbedaan besar ideologi tetap ada antara komunis itu dengan pemerintah, yang akan menghalangi perdamaian abadi.

Jurubicara tentara Brigadir Jenderal Jose Mabanta juga menyatakan serangan pada Minggu itu bukti bahwa pemberontak di lapangan tidak mau perdamaian dan menyerahkan senjata.

"Meskipun kami terus berupaya membangun kepercayaan, mereka menunjukkan itikad buruk. Saya berpikir perintah pemimpin mereka tidak dilaksanakan di tingkat lebih rendah," katanya.

Perwakilan dari pemerintah Philipina dan pemberontak komunis negeri itu berkumpul di Oslo pada dua pekan lalu untuk pembicaraan tak resmi dengan tujuan menyiapkan pelanjutan alur perdamaian, yang membeku pada 2005. "Tujuan pertemuan itu adalah menyiapkan perundingan resmi perdamaian paling sesuai, yang dimulai bulan depan," kata fasilitator dan diplomat Norwegia Ture Lundh kepada AFP.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement